Filosofi Kue Keranjang dalam Perayaan Imlek, Simak Penjelasannya di Sini!

- 12 Februari 2021, 14:25 WIB
Kue Keranjang atau Nian Gao.
Kue Keranjang atau Nian Gao. /Tangkap layar/ whattocooktoday.com./

SERANG NEWS - Selain dirayakan dengan ritual-ritual khusus, perayaan Imlek di tanah air ternyata menyimpan berbagai tradisi, seperti berkumpul dengan keluarga, hiasan dengan nuansa merah atau berbagai makanan yang punya banyak makna.

Salah satunya adalah Kue Keranjang, atau lebih dikenal dengan sebutuan Nian Gau.

Kue Keranjang merupaan salah satu dari sekian banyak kue yang disajikan saat Imlek, tak terkecuali dengan Imlek tahun 2021 ini.

Kue yang terbuat dari tepung beras ketan tersebut jika dilihat dari bentuknya, kue ini mirip dengan dodol, maka tidak heran jika beberapa masyarakat Indonesia memanggilnya dengan istilah 'Dodol China'.

Baca Juga: Mengaku Kesal tapi Penasaran, Ini Reaksi Fans Al dan Andin Ikatan Cinta yang Dibuat Baper 

Baca Juga: Pengaruh Miras, Pemuda Cikande Bunuh lalu Perkosa Pedagang Sayuran 

Di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, kue ini disebut dengan Kue Keranjang, karena kue ini dibuat dalam keranjang-keranjang kecil dan memiliki rasa yang manis, karena Nian Gau dalam dialek Hokkian, berarti kue manis.

Seperti nama aslinya, Nian Gau yang dalam pengucapannya terdengar seperti 'tahun tinggi' maka filosofi dari keberadaan kue ini melambangkan pendapatan yang lebih tinggi, posisi yang lebih tinggi, pertumbuhan anak-anak, dan umumnya janji tahun yang lebih baik.

Maka, barang siapa yang memakan kue ini sebelum dan saat Imlek, diyakini akan mendapat keberuntungan selama periode Tahun Baru Imlek.

Bahkan di Tiongkok misalnya, terdapat kepercayaan bahwa menyantap kue keranjang lebih dulu di tahun baru Imlek sebelum makan makanan lain, mampu menjadikan kehidupan manis dan beruntung sepanjang tahun.

Baca Juga: Niat dan Tata Cara Puasa Rajab Disertai Lafal Latin dan Artinya

Rasanya yang manis, mengibaratkan bahwa seseorang harus berperilaku dan bertutu kata manis supaya dapat saling menguatkan. Tekstur kue yang sedikit lengket juga memiliki arti mengupayakan atau berusaha sekeras mungkin agar keluarga tidak terpisahkan. 

Penamaan Nian dalam kata awal di kue ini, juga tidak terlepas dari cerita zaman kuno dari negeri China. Yang konon katanya ada seekor raksasa yang bernama Nian yang tinggal di sebuah gua di gunung.

Saat musim dingin, raksasa ini kelaparan dan turun ke desa mencari makanan.

Karena masyarakat merasa ketakutan dengan sosok ini, kemudian ada seorang warga desa yang bernama Gao yeng membuat makanan dan diberikan kepada raksasa tersebut.

Baca Juga: Pelaku Pembunuhan Tukang Sayur Berhasil Dibekuk Resmob Polres Serang 

Namun dalam legenda lain menyatakan, Nian Gao memiliki kisah tersendiri tentang asal-usul Suzhou, sekitar 2.500 tahun yang lalu.

Pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur (722–481 SM) di Tiongkok kuno, seluruh negeri terbagi menjadi kerajaan kecil yang berbeda dan orang-orang menderita karena kekacauan perang, bahkan tidak sedikit pula yang mati.

Para prajurit yang masih hidup, menemukan bahwa tembok di bawah tanah dibangun dengan batu bata khusus yang terbuat dari tepung beras ketan.

Makanan ini yang akhirnya menyelamatkan banyak orang dari kelaparan. Batu bata inilah yang kemudian disebut dengan istilah Nian Gao. ***

Editor: Kiki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x