Siasat Politik Gayatri dan Gajah Mada dalam Misteri Skandal Pembunuhan Raja Majapahit Jayanegara

20 Januari 2022, 18:29 WIB
Ilustrasi misteri skandal pembunuhan Jayanegara, Raja Majapahit kedua. /Dok. Disperpusip Provinsi Jawa Timur/

SERANG NEWS – Skandal pembunuhan Jayanegara sebagai Raja Majapahit kedua masih menjadi misteri sejarah.

Konon misteri pembunuhan Jayanegara, tak lepas dari siasat politik Gayatri Rajapatni dan Gajah Mada.

Diketahui, Jayanegara adalah raja kedua yang memerintah pada tahun 1309-1328, dengan bergelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara.

Pemerintahan Jayanagara terkenal sebagai masa pergolakan dalam sejarah awal Kerajaan Majapahit.

Menurut Pararaton, Jayanegara merupakan anak dari selir Dara Petak, yang dibawa pasukan Kertanegara yang melakukan ekspedisi Pamalayu.

Baca Juga: 5 Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit, Salah Satunya Jadi Tempat Persinggahan Raja Hayam Wuruk

Jayanegara dinobatkan sebagai putra mahkota lantaran istri-istri Dyah Wijaya atau Raden Wijaya tidak dikaruniai anak. Kecuali Gayatri yang belakangan melahirkan dua putri yakni Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat.

Pada tahun 1309 dan digantikan oleh Jayanegara. Namun 19 tahun kemudian Jayanegara terbunuh sebelum sempat memiliki keturunan.

Namun, dalam perjalanannya, Jayanegara tidak bisa mengikuti jejak Raden Wijaya sebagai perintis Majapahit.

Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam Pararaton yang memotret buruknya moralitas raja kedua Majapahit itu dengan sebutan kalagemet, yang berarti jahat dan lemah.

Baca Juga: Jarang Diketahui, Ini Sosok Laksamana Mpu Nala, Panglima Majapahit yang Setara Hebatnya dengan Gajah Mada

Selain berniat mengawini adiknya sendiri, yakni putri-putri Gayatri, Jayanegara pun gemar melecehkan perempuan. Salah satu korbannya, istri Tanca, tabib pribadi raja.

Dikisahkan, Tanca mengadu sempat pada Gajah Mada atas ulah sang raja. Pada saat yang sama, Jayanegara memiliki sakit bisul.

Gajah Mada kemudian minta Tanca mengoperasi Jayanegara. Pada momen itulah Tanca menikam raja.

Seusai Tanja menikam Raja, Gajahmada punlangsung membunuh Tanca di tempat.

Dilansir SerangNews.com dari penjelasan Channel Asisi, pembunuhan Jayanegara menjadi skandal dalam sejarah Majapahit karena ditemukan berbagai kejanggalan.

Baca Juga: Terbunuhnya Jayakatwang dan Penobatan Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit Pertama

Pertama isu pelecehan istri Tanca akan digoreng berdekatan dengan kondisi raja yang butuh dioperasi.

Kedua Gajah Mada, justru mengizinkan tabib yang menyimpan dendam dan membawa senjata tajam untuk masuk ke kamar Raja. Padahal, Gajah Mada yang pernah memimpin pasukan Bhayangkara sangat paham betapa besar resikonya bagi keselamatan raja.

Ketiga, Gajah Mada langsung membunuh Tanca tanpa proses hukum. Padahal banyak prasasti menceritakan betapa cermatnya pelaksanaan pengadilan pada zaman Majapahit.

“Kemungkinan besar Gajahmada terlibat dalam pembunuhan raja dan menyingkirkan Tanca adalah upaya menghilangkan jejak,” papar Asisi.

Namun pertanyaan penting yang harus ditanyakan adalah siapa yang paling diuntungkan oleh kematian Jayanegara?

Baca Juga: Menengal Sosok Kertanegara, Raja Singasari yang Sempat Jadi Pilihan Nama IKN sebelum Dipilih Nusantara

Agaknya, lanjut paparan tersebut, bukan Gajah Mada yang karirnya sedang menanjak setelah menyelamatkan nyawa Jayanegara delapa tahun yang lalu.

“Nah yang tentu saja paling diuntungkan oleh insiden ini adalah Gayatri dan putri-putrinya,” paparnya lebih lebih lanjut.

Pertama menurut sejarawan Slamet Mulyono dalam channel Asisi, telah terjadi konflik intern di antara para istri Raden Wijaya sejak Dara Petak, selir dari Melayu diangkat menjadi istri yang dituakan dan wajib dihormati.

Gayatri dan kakak-kakaknya sebagai pewaris trah Singasari yang asli berdarah Jawa tentu merasa tersinggung.

Baca Juga: Tragedi Terbunuhnya Raja Kertanegara dan Runtuhnya Kerajaan Singasari sampai Berdirinya Majapahit

Apalagi anak Dara Petak, Jayanegara yang berdarah Jawa Melayu diangkat menjadi putra mahkota. Karena itu, tersingkirnya Jayanegara, garis darah Kertanegara dapat berlanjut di tampuk kekuasaan Majapahit.

Kedua terbunuhnya Jayanegara membebaskan putri-putri Gayatri dari niatan sang raja untuk melakukan incest. Di zaman itu pernikahan antar sepupu masihlah umum, tetapi, pernikahan antar saudara jelas tidak bermoral.

Ketiga, sejak kecil Gayatri terbiasa dengan karakter ayahnya yang kuat. Saat yang sama, karakter itu tidak ada dalam diri Jayanegara, yang jahat dan lemah.

Ditambah di masa Jayanegara menjadi Raja Majapahit, banyak terjadi pemberontakan. Salah satunya, pemberontakan Rakuti yang berhasil menduduki ibukota dan hampir menghancurkan Majapahit.

“Bisa jadi Gayatri berhasil meyakinkan Gajah Mada bahwa satu-satunya cara menyelamatkan Majapahit dan membesarkannya seperti Singasari adalah menyingkirkan Jayanegara dan menggantinya dengan pemimpin yang lebih kuat,” paparnya.***

Editor: Ken Supriyono

Tags

Terkini

Terpopuler