Museum Negeri Banten, Gedung Bersejarah Peninggalan Kolonial di Pusat Kota Serang yang Jadi Pusat Budaya

20 Januari 2022, 17:34 WIB
Museum Negeri Banten, bangunan eks Residen Banten masa pemerintahan kolonial Belanda di pusat Kota Serang. /Dok. BPCB Banten for SerangNews.com/

SERANG NEWS – Museum Negeri Banten menjadi saksi sejarah masa Pemerintah Kolonila Belanda di pusat Kota Serang. Gedung bersejarah itu telah menjadi pusat budaya.

Senja merona merah, ratusan orang berkumpul di pelataran Jalan Brigjen KH Syam'un Nomor 5, Kota Serang. Penuh riang, mereka menyambut hari bersejarah pengukuhan Museum Negeri Banten.

Hari bersejarah itu terjadi pada Kamis, 29 Oktober 2017. Masa bergantinya gedung yang didesain arsitek Horst sebagai pusat kebudayaan. Gedung putih itu bukan lagi simbol pusat kekuasaan.

Pernik-pernik kekuasaan masih terasa. Namun, dalam bentuk koleksi museum. Sebut saja, mahkota magis Kesultanan Banten. Mahkota kebesaran Kesultanan Banten yang berlapis emas dan batu permata.

Baca Juga: Potret Sejarah Pendidikan Banten Masa Lalu: Kota Serang Pusat Pendidikan, Gedung Sekolah Tumbuh Subur

Konon, koleksi masterpiece itu sudah ada sejak masa Kesultanan Maulana Hasanuddin hingga Sultan Muhammad Rafiudin. Mahkota bermotif daun dengan sulur terbuka itu bersanding dengan keris pusaka Sultan Muhyi. Senjata utama raja lengkap dengan warangka atau sarungnya.

Tak hanya mahkota dan keris pusaka, beragam benda bersejarah tampak terpampang berikut seluk-beluk sumbernya. Mulai dari koleksi replika batu bertulis Cidangyang Munjul Pandeglang, arca Ganesha di Panaitan, dan miniatur punden berundak di Kabupaten Lebak.

Bahan bangunan seperti bata, ubin, serta keramik juga ada. Bahan bangunan itu bukan bahan bangunan biasa. Dulunya, bahan-bahan tersebut menjadi penyokong bangunan Istana Surosowan.

Baca Juga: Potret Sejarah Pendidikan Banten Masa Lalu 2: Pro Kontra Berdirinya Sekolah OSVIA di Kota Serang

Tidak ketinggalan, benda khas yang identik dengan Banten seperti golok Ciomas, rangka badak cula satu, dan tempayan kubur ikut dipamerkan. Juga mata uang yang pernah dimiliki secara khusus oleh Banten.

Berdiri sejak 1814, masa residen Banten J De Bruin WD, gedung tersebut memang diperuntukkan sebagai kantor Residen Banten.

Pada 1974 saat Keresidenan Banten berstatus menjadi Wilayah I Provinsi Jawa Barat, gedung tersebut juga digunakan sebagai kantor keresidenan pembantu gubernur Jawa Barat.

Sejarawan Banten Mufti Ali menyebut, gedung berstatus cagar budaya itu tidak lepas dari masa peralihan sejarah akhir keruntuhan Kesultanan Banten di awal dekade 80-an.

Terlebih ketika Daendels didatangkan dari Batavia ke Banten untuk melakukan perluasan kekuasaan Belanda.

Baca Juga: Potret Sejarah Pendidikan Banten Masa Lalu: Kota Serang Pusat Pendidikan, Gedung Sekolah Tumbuh Subur

Setelah Sultan Aliyudin II ditangkap dan dibuang ke Surabaya, Daendels mengangkat Pangeran Suramanggala. Hanya saja, kekuasaan sultan sudah terbatas dan tidak lebih dari pegawai Belanda.

Masa peralihan tersebut, pemerintahan Hindia Belanda membagi daerah Banten menjadi tiga wilayah setingkat kabupaten. Yakni, Banten Hilir, Banten Hulu, dan Anyar.

“Ketiga wilayah itu di bawah pengawasan landros (semacam residen-red) yang berkedudukan di Serang,” kata Mufti.

Selang tak lama, Daendels ditaklukkan Inggris melalui Thomas Raffles Stamford. Akan tetapi, tidak berlangung lama karena gubernur Van Der Capellen berhasil mengambil alih kekuasaannya lagi.

Dampaknya, Sultan Rafiudin dipaksa turun pada 1813. Sekaligus dihapuskannya Kesultanan Banten yang diganti keresidenan.

Baca Juga: Sejarah Oeridab: Uang Banten di Masa Darurat Pemerintahan Indonesia (1) Dicetak pada Orang China

“Itulah mulanya Aria Adisantika diangkat sebagai bupati Serang pertama,” ujar Mufti.

Selain sebagai pusat pemerintahan, gedung tersebut juga digunakan sebagai kediaman residen. Baik masa pemerintahan Belanda, Jepang, maupun awal pemerintahan Provinsi Banten.

Perpindahan wilayah kekuasaan ke jantung Kota Serang membuat Kaujon menjadi pusat kota masa pemerintahan Hindia Belanda. Tak heran, Kaujon pada masanya sangat ramai.

“Kaujon yang waktu itu masih kewedanaan cukup berkembang pesat,” kata Mufti.

Baca Juga: Sejarah Oeridab, Uang Banten di Masa Darurat Pemerintahan Indonesia (2) Desain Jenis Pecahan Uang

Sayangnya, tidak ada dokumen yang lengkap dan lebih awal pembangunan fisiknya, selain pendopo gubernur yang desainnya mulai 1816.

Site plan (berupa desain tata kota-red) belum ada yang pegang. Padahal jika ada, itu bisa menjadi tonggak awal penulisan sejarah Serang sebagaimana site plan Banten Lama,” imbuh doktor sejarah lulusan Leiden University Belanda itu.

Seraya membuka file dokumen pada laptopnya, Mufti menyebut, di wilayah Kaujon terdapat beberapa bangunan penting masa itu. Misalnya, pangkalan militer, rumah sakit militer Belanda, dan perumahan pegawai Belanda.

“Kalau seperti korem, kodim, gereja, dan RSUD itu belakangan,” ungkapnya.

Sayangnya, di wilayah Kaujon, Kota Serang, kini tidak tampak lagi bangunan-bangunan tersebut. Daerah itu, kini sudah penuh dengan bangunan warga, meski masih ada beberapa rumah warga bergenre bangunan Belanda.***

Editor: Ken Supriyono

Tags

Terkini

Terpopuler