Tirto Adhi Soerjo Pelopor Pers Perempuan Indonesia Bernama Poetri Hindia

7 Desember 2020, 13:03 WIB
Tirto Adhi Soerjo pendiri Koran Poetri Hindia yang merupakan koran perempuan berbahasa Melayu pada masa Hindia Belanda. /Instagram @Okkitirto/

SERANG NEWS - Julukan Bapak Pers Indonesia memang pantas disematkan kepada sosok Tirto Adhi Soerjo. Ia tercatat menerbitkan Medan Prijaji sebagai surat kabar nasional pertama menggunakan bahasa Melayu.

Tirto Adhi Soerjo juga pada tahun 1908 berhasil menerbitkan surat kabar khusus perempuan yang diberi nama Poetri Hindia di Betawi, sekarang Jakarta.

Surat kabar tersebut terbit dua Minggu sekali dengan jargon "Soerat Kabar dan Advertentie Boeat Poetri Hindia".

Pendirian surat kabar pertama khusus perempuan ini didirikan Tirto bersama Bupati Karanganyar RTA Tirtokoesoemo. Sejatinya sebelum ada Poetri Hindia, surat kabar pribumi pertama yang memberikan ruang untuk wanita adalah Soenda Berita.

Baca Juga: Artis Dewi Yull Ternyata Cicit Dari Bapak Pers Nasional Tirto Adhi Soerjo

Baca Juga: Tirto Adhi Soerjo, Jejak Bapak Pers sekaligus Pahlawan Nasional

Sebelumnya memang telah ada surat kabar yang diperuntukkan pembaca wanita, Insulinde, yang terbit di Batavia pada 1902.

"Namun karena berbahasa Belanda dan diterbitkan bukan oleh Bumiputera, ia dianggap bacaan elit, bukan bagi wanita pribumi," tulis M Rodhi As’ad dikutip Serangnews.com dari buku Tirto Bapak Pers Nasional yang terbit tahun 2012.

Soenda Berita tak hanya untuk pembaca perempuan, surat kabar berkala tersebut juga menerbitkan tulisan para wanita.

Para penulisnya bukan hanya dari Jawa dan Madura, tapi dari Sumatera dan Sulawesi. Saat itu para penulis wanita menulis tentang resep kue, tips merawaat bayi, primbon, jamu-jamuan dan sebagainya.

Hal itu dilakukan atas imbauan dan semangat penulis pria termasuk Tirto Adhi Soerjo sendiri. Porsi tulisan untuk wanita masih sedikit, sehingga Tirto memutuskan untuk membuat surat kabar khus wanita yang diberi nama Poetri Hindia.

Baca Juga: Tirto Adhi Soerjo dalam Ingatan Tulisan ‘Mangkat’ Mas Marco Kartodikromo

Poetri Hindia diterbitkan saat itu dalam semangat mengemban tugas mulia buat kaum wanita, dikelola wanita, dan untuk wanita.

Kesungguhan niat ini tercermin dari susunan redaksinya pada Poetri Hindia edisi 15 Januari 1910 yang dipenuhi oleh para wanita terpandang di masanya.

Poetri Hindia memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dipunyai koran-koran umum lain, seperti tercermin dalam rubrik-rubriknya.

Poetri Hindia saat itu mempunyai rubrik tentang Cerita Pendek, Hikayat, Perempuan Hindia, Pemeliharaan Anak, Perawatan Kecantikan dan Hiburan, serta Unggah-ungguh Berkeluarga, sermasuk pelajaran bagaimana istri melayani suaminya.

Salah seorang koresponden Poetri Hindia adalah Raden Ajoe Soetanandika yang tulisannya pernah memenuhi hampir semua halaman. Yakni ulasan panjang soal bagaimana membikin kain batik sekaligus kemben dan hiasan.

Baca Juga: Puisi untuk ‘Sang Pemula’ Tirto Adhi Soerjo dalam Lentera Pergerakan Indonesia

Keistimewaan lainnya ialah, Poetri Hindia menggunakan bahasa lingus Franca, bahasa bangsa-bangsa terperintah.

Para penulisnya memang diperbolehkan mengirim berita dengan bahasa asing tapi nanti diterjemahkan redaksi ke bahasa Melayu.

Matinya Poetri Hindia disebabkan karena Tirto Adhi Soerjo selaku pemilik perusahaan yang memayungi media perempuan ini, terjerat beberapa kasus akibat tulisan-tulisannya yang kerapkali menyerang kalangan pejabat kolonial maupun pejabat pribumi.

Tirto diajukan ke meja hijau pada akhir 1913 lantas diasingkan ke Maluku.

Seiring menghilangnya Tirto Adhi Soerjo, Poetri Hindia berikut seluruh surat kabar di bawah naungan N.V. "Medan Prijaji", berhenti terbit dan tidak sanggup bangkit kembali hingga Sang Pemula wafat dalam kenestapaan pada 7 Desember 1918. ***

Editor: Ken Supriyono

Sumber: Berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler