HIKMAH RAMADHAN 4: Keutamaan Mendidik Anak dalam Kitab Tanqihul Qaul Syekh Nawawi Al Bantani

16 April 2021, 04:59 WIB
Hikmah Ramadhan: Keutamaan Mendidik Anak. /pixabay/publicdomainpictures

SERANG NEWS – Anak menjadi salah satu karunia bagi orang tua. Karenanya, mendidik anak menjadi salah satu rasa syukur sekaligus kewajiban atas karunia Allah SWT.

Anak yang sholeh akan menjadi satu dari tiga perkara yang ditinggalkan seorang muslim atas pertanggungjawaban hidupnya di dunia.

Hikmah Ramadhan 4 kali mengulas bab ‘Keutamaan Mendidik Anak’ yang diterangkan dalam Kitab Tanqihul Qaul karya Syekh Nawawi Al Bantani.

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN 3: Keutamaan Ucapan Basmallah, Bisa Dihapuskan Dosa hingga Dijauhkan dari Penyakit

Berikut penjelasan lengkapnya:

Anas RA berkata, “Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Anak lelaki diaqigahi pada hari ketujuh, diberi nama dan dihilangkan kotorannya. Bila mencapai enam tahun, dia dididik. Bila mencapai sembilan tahun, tempat tidurnya dipisah. Bila mencapai tiga belas tahun, dia dipukul karena meninggalkan sholat. Bila mencapai enam belas tahun maka ayahnya mengawinkannya, dengan memegang tangannya seraya berkata, ‘Aku telah mendidikmu, mengajarimu, dan mengawinkanmu. Aku berlindung kepada Allah SWT dari ujianmu di dunia dan siksamu di akhirat.” Demikian penjelasan Ihya.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang tua tidak memberi sesuatu yang lebih baik kepada anaknya daripada adab yang baik,” (HR. Tirmidzi dan Hakim dari Amr bin Sa’id bin Ash).

Dari Abu Dzar RA diriwayatkan, beliau berkata, “Aku sedang berada di dekat Nabi Muhammad SAW. Tiba-tiba Hasan dan Husain RA naik ke pundak kakek mereka, Nabi sedang berbicara dengan kami. Usai mengobrol, Nabi Muhammad berkata, ‘Turunkanlah anak-anakku.’

Lalu Ali datang. Ketika melihatnya, mereka takut, lalu turun dari punggung Nabi Muhammad SAW. Beliau bertanya kepada keduanya, ‘Ada apa dengan kalian?’ Mereka menjawab, ‘Kami takut ayah kami.’

Ali menemui mereka dan memukul keduanya sambil berkata, “Beradab lebih baik bagi kalian.’ Nabi Muhammad SAW berkata, ‘Hai Ali, jangan bentak Hasan dan Husain, karena sesungghnya mereka bungaku, ketenangan hatiku dan batin jangtungku.’ Ali berkata, ‘Daulat baginda.’

Baca Juga: Bacaan Doa dan Dzikir Setelah Sholat Fardhu 5 Waktu Lengkap dengan Artinya

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN 2: Keutamaan Sholat Malam sebagai Maqam Terpuji Seorang Muslim

Jibril turun dan berkata, ‘Hai Muhammad, apa yang dikatakan Ali itu benar. Biarkan Ali mendidik mereka. Kenyangkanlah anak kalian, namailah mereka dengan baik dan harumkanlah tubuh mereka, niscaya kalian mendapatkan syafa’at mereka.’

Mendengarkan itu, beliau bersabda, ‘Hai kaum muslimin, siapa saja yang dikarunia anak oleh Allah SWT, maka hendaklah kalian mendidik dan mengajarinya. Karena sesungguhnya orang yang mengajari anak dan mendidik anakya, Allah SWT akan memberikan syafa’at kepadanya. Dan orang yang menjadikan anaknya bodoh, maka dia menanggung dosa yang dilakukan si anak itu.” Demikian penjelasan dalam Riyadhus Shalihin.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya bila seseorang mendidik putranya itu lebih baik baginya daripada bersedekah dengan satu sha’, (HR Tirmidzi dari Jabir bin Samurah).

Maksdunya, mengajarkan tatakrama agama dan tatakrama yang sunah kepadanya, lebih baik daripada bersedekah satu sha’ setiap hari. Hadist di atas Hasan.

Munawi berkata, “Bila seseorang mengajarkan sopan santun kepada anaknya, maka amal itu menjadi sedekah jariyah. Sedangkan sedekah satu sha’ pahalanya terputus.

Baca Juga: Disukai Nabi Muhammad, Ini Khasiat Kurma Ajwa yang Menjadi Penawar Racun dan Tangkal Sihir

Baca Juga: Jadi Ikon Wisata Religi Banten, Ini 7 Fakta Menarik Masjid Agung Banten Lama

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Muliakanlah anak-anak kalian dan perbaguslah tatakrama mereka,” (HR Ibnu Majah dan Anas). Maksudnya, mengajarkan ahlak mulia kepada mereka dan melatih diri.

Alqimi mengatakan, “Adab adalah melakukan perbuatan dan ucapan terpuji.” Pendapat lain mengatakan, “Adab adalah menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda.” Munawi berkata, “Hadist tersebut munkar dan dha’if. Munkar artinya redaksi hadist tidak dikenal, kecuali dari perawinya. Jadi tidak ada hadist pendukungnya.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa saja yang ingin menghinakan orang yang dengki kepadanya maka hendaklah dia mendidik adab anaknya.”

“Memandang wajah anak-anak dengan syukur, seperti memandang wajah nabinya.”

“Muliakanlah anak-anak kalian, karena sesungguhnya, memuliakan anak merupakan penghalang neraka.”

“Anak-anak adalah pelindung neraka. Makan bersama mereka merupakan kebebasan dar neraka. Memuliakan mereka berarti mampu melewati sira’th.”

“Muliakanlah anak-anak kalian. Karena sesungguhnya orang yang memuliakan anak-anaknya, Allah SWT memulaikannya di surga.”

Baca Juga: Adab dan Doa Masuk Masjid, Lengkap Bahasa Arab dan Indonesia serta Artinya

Baca Juga: Selain Makam Sultan Hasanuddin, Ini 5 Tempat Wisata Ziarah di Kota Serang Banten yang Layak Dikunjungi

Nabi Muhammad SAW bersabda,” Sesungguhnya di surga ada rumah besar yang disebut rumah kebahagiaan. Tidak masuk ke rumah itu, kecuali orang yang membahagiakan anak kecil.” (HR. Abu Ya’la dari Aisah). Maksudnya, anak lelaki maupun perempuan, anak sendiri atau anak orang lain, yaitu yatim atau tidak yatim.

“Sesungguhnya di surga ada rumah yang disebut rumah kebahagiaan. Tidak masuk ke rumah itu, kecuali orang yang membahagiakan anak-anak yatim dan kaum mukminin,” (HR Hamzah bin Yusuf dan Ibnu Hajar dari Uqbah bin Amir al-Juhani).

Hadist di atas dha’if. Balasan tergantung jenis amal perbuatan. Siapa saja yang membahagiakannya, maka Allah SWT akan membagaiakan dia dengan rumah mahal tersebut. anak yatim kecil adalah anak yatim yang tidak mempunyai ayah. Alasan penyebutan anak yatim karena faktor lebih berhak.***

Catatan: Artikel Hikmah Ramadhan 4: Keutamaan Mendidik Anak diambil dari Kitab ‘Tanqihul Qaul’ karya Syekh Nawawi Al Bantani.

Editor: Ken Supriyono

Tags

Terkini

Terpopuler