Dilema Atlet Bulutangkis Muda Tampil di Piala Thomas Cup saat Kondisi Politik Indonesia yang Tak Stabil

- 11 September 2021, 12:05 WIB
Skuad tim bulutangkis Indonesia menatap Thomas Cup 2021 di Aarhus, Denmark.
Skuad tim bulutangkis Indonesia menatap Thomas Cup 2021 di Aarhus, Denmark. /Instagram @jonatancristieofficial/

Baca Juga: Menakar Peluang Indonesia di Thomas Cup 2020, Pelatih PB Djarum Sigit Budiarto Beberkan Kekuatan Tim Lawan

Dari semua kejuaraan bulutangkis beregu yang diikuti, Sigit mengaku, Thomas Cup 1998 yang memiliki kesan paling dikenang.

"Yang paling berkesan menurut saya waktu tahun 98. Tahun 98 di Indonesia ada kerusuhan. Ada tekanan yang begitu besar dari dalam dan luar lapangan,” kata Sigit.

Mantan atlet bulutangkis Indonesia Sigit Budiarto.
Mantan atlet bulutangkis Indonesia Sigit Budiarto.

Diketahui, Thomas Cup 1998 dihelat di Hong Kong pada 17-24 Mei 1998. Turnamen itu hanya berselang dua hari dari peristiwa kerusuhan Mei 1998 pada 13-15 Mei di Jakarta.

Kondisi kerusuhan Tanah Air menjadi mimpi buruk bagi seluruh warga Indonesia. Puncaknya, ketika Presiden Soeharto mundur dari jabatannya dan digantikan BJ Habibie.

Baca Juga: Rekor Terbanyak Juara Thomas Cup Masih Milik Tim Bulutangkis Indonesia, Ini Sepakterjang Bisa Koleksi 13 Tropi

Dalam suasana politik di Indonesia sedang memanas dan tidak stabil, skuad tim bulutangkis Indonesia harus berjuang mengharumkan nama bangsa.

Kondisi yang membuat dilema para skuad tim bulutangkis Indonesia. Namun, berkat perjuangan keras tim Indonesia, Piala Thomas berhasil dipertahankan dan dibawa pulang ke Tanah Air.

Indonesia mengalahkan Malaysia dengan skor 3-2 di babak final. Sigit yang berpasangan dengan Candra Wijaya menjadi penentu kemenangan Indonesia dengan mengalahkan Lee Wan Wah/Choong Tan Fook.

Halaman:

Editor: Ken Supriyono


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x