Kenali Gejala Hipertensi yang Bisa Sebabkan Penyakit Jantung

- 12 November 2020, 19:24 WIB
ILUSTRASI sakit jantung.* //Pixabay/mohamed_hassan/
ILUSTRASI sakit jantung.* //Pixabay/mohamed_hassan/ /

 

SERANGNEWS.COM -- Sebagian dari penderita hipertensi mengalaminya tanpa merasakan gejala yang mengganggu. Itulah sebabnya penyakit berbahaya ini disebut silent killer, karena proses hipertensi itu sendiri dapat mempengaruhi atau merusak seluruh organ tubuh.

Pada umumnya, penderita tidak tahu kalau ia menderita hipertensi karena tidak pernah periksa tekanan darahnya. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, dan tingkat aktifitas normal adalah 120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan daerah relatif stabil dan tetap berada dalam kisaran angka normal. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat waktu beraktifitas atau berolahraga.

Sebegitu bahanya hipertensi, menyebabkan pembuluh darah menyempit dan mengakibatkan beban kerja jantung bertambah berat. Penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah ini lalu akan menyebabkan dinding ruang pompa jantung menebal (left ventricular hypertrophy) dan dalam jangka panjang akan meningkatkan risiko gagal jantung.

Baca Juga: Ratusan WNI Dipulangkan Ke Indonesia, Termasuk Ibu dan Bayi Berusia Lima Hari

Dokter spesialis jantung pembuluh darah RS Jantung Harapan Kita, BRM Ario Soeryo Kuncoro mengatakan gagal jantung merupakan kondisi kronis dan progresif jangka panjang yang cenderung memburuk secara bertahap yang disebabkan hipertensi.

Menurut dia, hipertensi menyebabkan pembuluh darah menyempit dan mengakibatkan beban kerja jantung bertambah berat. Penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah ini lalu akan menyebabkan dinding ruang pompa jantung menebal (left ventricular hypertrophy) dan dalam jangka panjang akan meningkatkan risiko gagal jantung.

Sementara untuk memompa darah melawan tekanan yang lebih tinggi di pembuluh, jantung harus bekerja lebih keras sehingga terjadi penyempitan arteri sehingga darah lebih sulit mengalir dengan lancar ke seluruh tubuh.

Baca Juga: Empat Ide Sederhana yang Bisa Kamu Lakuin untuk Merayakan Hari Ayah

"Dengan demikian, hipertensi membuat kerja jantung menjadi berlebihan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi, namun kondisi jantung menjadi lebih sulit bekerja sehingga pada akhirnya jatuh ke kondisi gagal jantung," kata dia dalam siaran pers, Kamis 12 November 2020, dikutip dari Antara.

Seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila memiliki tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg.

Sebelum berkembang menjadi gagal jantung, penderita hipertensi bisa mengelola kondisinya agar tekanan darahnya sesuai target. Caranya, dengan mengatur pola hidup dengan membatasi konsumsi garam, perubahan pola makan, penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal, olahraga teratur, berhenti merokok, kepatuhan dalam menjalani pengobatan, pengukuran tekanan darah secara benar dan berkala.

Baca Juga: Ditanya Ingin Sosok Sekda seperti Apa? Walikota Serang: Sekda itu Bisa Kerja

Selain itu, sesuai dengan konsensus penatalaksanaan hipertensi, dokter akan merekomendasikan pemakaian obat pengendali darah tinggi secara kombinasi sejak awal pengobatan untuk mencapai tekanan darah sesuai target.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan, prevalensi hipertensi di Indonesia pada penduduk usia di atas 18 tahun sebesar 34,1 persen.

Sementara estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebanyak 63.309.620 orang, dengan angka kematian akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.

Baca Juga: BLT Subsidi Gaji Tahap 2 Cair, Cek Segera Rekening untuk Memastikan Uang Sudah Masuk

Berdasarkan kelompok usia, hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6 persen), umur 45-54 tahun (45,3 persen), umur 55-64 tahun (55,2 persen). ***

 

Editor: Adi R

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah