3 Tokoh Militer Ini Sukses Tampuk Kekuasaan Melalui Kudeta, Berikut Sejarah dan Sosoknya

15 Februari 2021, 18:26 WIB
ilustrasi perang karena kudeta militer /pixabay/comfreak//

SERANG NEWS – Peristiwa kudeta milter kembali terjadi lagi. Terbaru adalah Kudeta Myanmar yang dimulai pada 1 Februari 2021, ketika Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan beberapa pimpinan dari partai penguasa ditahan oleh militer Myanmar.

Perlu diketahui, bahwa kudeta militer terjadi ketika ada penggulingan pemerintahan secara tiba-tiba, biasanya dilakukan oleh militer negara.

Motif tindakan tersebut adalah untuk mengganti pemerintah yang telah eksis terlebih dahulu dengan badan lain dari militer itu sendiri, atau sipil yang dipilih oleh penguasa.

Kudeta bisa berlangsung tanpa darah dan bisa pula sebaliknya. Bahkan tak jarang beberapa kudeta berujung perang saudara yang merenggut banyak korban jiwa antar anak bangsa.

Baca Juga: Prediksi Love Story The Series Senin 15 Februari 2021, Anita Kasih Lihat Foto Ken Bersama Nadin, Maudy Kecewa

Dilansir SerangNews.com dari History, Senin 15 Februari 2021, berikut 3 tokoh militer terkenal yang sukses menembus tampuk kekuasaan melalui jalan kudeta. Berikut sejarah dan sosoknya.

1. Napoleon Bonaparte

Usai kembali dari kampanye militernya di Mesir pada Oktober 1799, Napoleon Bonaparte mulai berencana menggulingkan direktori beranggotakan lima orang yang memerintah Perancis.

Direktori ini dianggap kurang kompeten melaksanakan pemerintahan setelah Revolusi Perancis pecah, mengganti sistem kerajaan menjadi republik.

Dengan dukungan dari beberapa rekan konspirator tingkat tinggi, termasuk dua dari lima anggota direktori, Napoleon mengatur sesi legislatif khusus yang berlangsung di Paris pada 10 November. Kudeta ini kelak dikenal sebagai Kudeta 18 Brumaire.

Napoleon juga menggunakan kombinasi propaganda, penyuapan, dan intimidasi. Dengan begitu dia berharap dapat membujuk legislatif untuk menugaskannya.

Baca Juga: Lama Tak Muncul, Uya Kuya Menangis Takut Meninggal Karena Positif Corona

Namun, majelis rendah malah membombardirnya dengan pelecehan, mengutuk Napoleon, serta mengusirnya. Tetapi Napoleon tetap berhasil menang dengan meyakinkan pasukan untuk membersihkan daerah itu.

Dia kemudian membentuk sekelompok kecil badan legislatif yang dipilih sendiri untuk menghapus direktori dan membuat sistem pemerintahan konsulat.

Dia dengan cepat menjadi konsul pertama. Setelah itu, Napoleon menyelesaikan konsolidasi kekuasaannya pada 1804 ketika dia menobatkan dirinya sebagai kaisar.

2. Francisco Franco

Ketika koalisi berhaluan kiri memenangi pemilihan Spanyol pada Februari 1936, Jenderal Francisco Franco ditempatkan di sebuah pos terpencil di Kepulauan Canary.

Meski dia mengetahui rahasia plot kudeta di antara sesama perwira militer, dia awalnya ragu-ragu untuk bergabung. Namun, dia akhirnya menjadi yakin setelah pembunuhan pembalasan terhadap seorang politikus konservatif.

Pada 18 Juli 1936, Franco menyiarkan sebuah manifesto yang memohon kepada militer untuk menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis.

Ketika garnisun tentara di seluruh Spanyol mengindahkan seruannya, dia secara diam-diam terbang dari Kepulauan Canary ke Maroko yang dikuasai Spanyol, tempat pemberontakan dimulai sehari sebelumnya.

Baca Juga: Wajib Tahu, 5 Gempa Bumi Terdahsyat Sepanjang Sejarah, Termasuk Tsunami Aceh

Di sana, dia mengambil alih pasukan yang tangguh. Franco mampu membawa mereka menyeberang ke daratan Spanyol dengan bantuan fasis Italia dan Nazi Jerman.

Upaya kudeta itu hanya berhasil sebagian. Franco hanya menguasai sepertiga wilayah dan memicu perang saudara berdarah yang berlangsung selama tiga tahun.

Namun pada akhirnya, dia muncul sebagai pemenang. Dengan dukungan dari kaum fasis, monarki, kaum bangsawan, dan Gereja Katolik, 'El Caudillo' memerintah sebagai diktator Spanyol sampai ajal menjemputnya pada 1975.

3. Muammar Khadafi

Terlahir dari orang tua suku Badui yang buta huruf, Muammar Khadafi tumbuh sebagai pembenci monarki Libya dan pendukung Baratnya.

Merasakan kelemahan pemerintahan yang semakin membesar, Khadafi yang saat itu berusia 27 tahun dan berpangkat kolonel memutuskan merebut kekuasaan pada 1 September 1969.

Ketika itu, Raja Idris sedang berada di luar negeri. Dengan menumpang kendaraan militer ke kota Tripoli dan Benghazi, dia dan sekitar 70 rekan konspirator mengepung istana kerajaan dan gedung-gedung pemerintah penting lainnya.

Selain itu, mereka memutus komunikasi dan menangkap beberapa pejabat penting lainnya. Pengawal pribadi raja melakukan perlawanan yang tidak berarti. Kudeta ini dituntaskan dalam waktu dua jam.

Baca Juga: Maudy Cemburu, Ken Ditemani Nadin di Rumah Sakit, Simak Bocoran Love Story The Series, Minggu 14 Februari 2021

Dalam pidato radio pagi itu, Khadafi memberi tahu rakyat Libya dengan menyebut bahwa rezim 'korup' dan 'reaksioner' telah digulingkan. Satuan angkatan darat dengan cepat berkumpul mendukung kudeta, dan dalam waktu beberapa hari militer telah mengendalikan Tripoli dan wilayah Libya lainnya.

Khadafi segera memaksakan kehendaknya pada semua aspek kehidupan Libya. Dia meredam perbedaan pendapat dan terus-menerus bentrok dengan Amerika Serikat (AS). Kemudian dari Kudeta itu, dia memerintah Libya selama 42 tahun sampai terbunuh dalam pemberontakan Arab Spring pada 2011 lalu.***

Editor: Ken Supriyono

Sumber: History

Tags

Terkini

Terpopuler