Faktor China dan Iran Bikin Amerika Serikat Ketar-katir Bantu Ukraina dari Serangan Rusia

- 7 Maret 2022, 20:27 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping selama pertemuan mereka di sela-sela KTT BRICS, di Brasilia, Brazil, 13 November 2019. Soal invasi ke Ukraina, Beijing menuding AS sebagai dalangnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping selama pertemuan mereka di sela-sela KTT BRICS, di Brasilia, Brazil, 13 November 2019. Soal invasi ke Ukraina, Beijing menuding AS sebagai dalangnya. /Reuters/Ramil Sitdikov/

SERANG NEWS – Amerika Serikat belum berbuat banyak untuk membantu Ukraina yang terus diserang Rusia.

Keberadaan China dan Iran disinyalir menjadi ancaman yang membuat Amerika Serikat untuk berbuat banyak membantu Ukraina dari serangan Rusia.

Bahkan Amerika Serikat dinilai ketar-ketir untuk bisa membantu Ukraina dari serangan Rusia yang sudah dilancarkan sejak 24 Februari 2022.

Akademisi Unair Agastya Wardhana menilai, sejauh ini belum ada langkah besar dari Negara-negara tersebut untuk mengentikan invasi militer Rusia.

“Bukan hanya jelas kepada masyarakat internasional, tapi juga jelas pada (pihak) yang diberikan sanksi,” katanya dikutip SerangNews.com dari laman resmi Unair, Senin 7 Maret 2022.

Baca Juga: Amerika Serikat Was-was dan NATO Ogah Perang Lawan Rusia, Presiden Ukraina Tambah Terdesak Militer Putin

Pemerhati kebijakan luar negeri Amerika itu berpendapat. Presiden AS Joe Biden dinilai sudah memiliki komitmen untuk fokus kebijakan pertahanan kepada China.

Untuk itu, Amerika harus memilih antara tetap dengan komitmen untuk fokus ke kawasan Asia Pasifik atau menggeser perhatiannya ke masalah Ukraina-Rusia.

There is no beautiful way to end this. Apakah Amerika Serikat dan NATO akan terlibat? apakah nanti Ukraina akan dibiarkan sendiri? Semua skenario akan menghasilkan disrupsi,” ujarnya.

Baca Juga: Jumlah Senjata Nuklir Rusia Setara Gabungan Milik AS dan Negara NATO, China Duduki Peringkat 3 Dunia

Belum lama ini pejabat senior Iran juga angkat bicara soal dukungannya kepada Rusia yang akan diberikan sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat.

Bahkan Iran tak akan segan-segan membantu Rusia dengan menyiapkan nuklir yang dimilikinya.

“Pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia terperosok dalam ketidakpastian menyusul tuntutan Rusia untuk jaminan AS bahwa sanksi yang dihadapinya atas konflik Ukraina,” tulis laporan Reuters dikutip SerangNews.com, Senin 7 Maret 2022.

Baca Juga: Sedasyat Rudal dan Nuklir Rusia, Ini Senjata Sakti dalam Perang Kuruksetra di Kisah Mahabharata

Pejabat senior Iran mengatakan, Teheran sedang menunggu klarifikasi dari Moskow atas ucapan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, yang mengatakan Rusia menginginkan jaminan tertulis AS atas saknsi perdagangan, investasi, dan kerja sama militer-teknis Rusia dengan Iran.

"Penting untuk memahami dengan jelas apa yang diinginkan Moskow. Jika apa yang mereka tuntut terkait dengan JCPOA, tidak akan sulit untuk menemukan solusi untuk itu," kata pejabat Iran dikutip SerangNews.com dari Reuters.

Baca Juga: Larangan Impor Minyak dari Rusia buat Amerika Serikat dan Eropa Kalangkabut, Harga Tertinggi sejak 2008

Pejabat Iran juga merujuk pada kesepakatan nuklir 2015. "Tapi itu akan menjadi rumit, jika jaminan yang diminta Moskow, berada di luar JCPOA,’ sambungnya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menepisnya. Dia mengatakan bahwa sanksi yang dijatuhkan pada Rusia atas Ukraina tidak ada hubungannya dengan potensi kesepakatan nuklir dengan Iran.

"Hal-hal ini benar-benar berbeda dan sama sekali tidak, dengan cara apa pun, dihubungkan bersama. Jadi saya pikir itu tidak relevan," kata Blinken dalam sebuah wawancara dengan acara Face the Nation CBS.***

Editor: Ken Supriyono

Sumber: CBS News Reuters Unair


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x