Sementara, China hanya memiliki dua operator yakni Liaoning dan Shandong. Keduanya didasarkan pada kapal induk kelas Kuznetsov yang dirancang Soviet pada 1980-an dan ditenagai oleh boiler berbahan bakar minyak konvensional dan membawa 24 hingga 36 jet tempur J-15.
Baca Juga: Mantan Komandan Angkatan Udara Taiwan Ungkap Taktik Jitu Lawan Serang Udara China
Di sisi lain, China memiliki rencana ambisius untuk menyamai kekuatan angkatan laut AS di kawasan Pasifik, meluncurkan dua lusin kapal perang besar dari korvet dan kapal perusak hingga dermaga pendaratan amfibi besar pada tahun 2019.
Ia berencana untuk meluncurkan kapal induk ketiga yang dilengkapi dengan ketapel peluncuran elektromagnetik paling canggih dan mulai mengerjakan yang keempat tahun ini.
Dikutip dari SCMP, AS memiliki persenjataan nuklir terbesar kedua di dunia setelah Rusia, diikuti oleh Prancis di tempat ketiga dan China di posisi keempat secara global.
Baca Juga: Ketegangan China dan Taiwan Memanas, Tsai: Kami Tidak Akan Tunduk
Meski demikian, China belum mengungkapkan berapa banyak hulu ledak yang dimilikinya, tetapi laporan terbaru Departemen Pertahanan AS tentang militer China menyatakan bahwa persediaan hulu ledak China saat ini diperkirakan berada di kisaran 200-an.
Sementara Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm menyebutkan jumlahnya 350 tahun ini.
Di lain sisi, sebuah sumber yang dekat dengan militer China mengatakan pada bulan Januari bahwa persediaan hulu ledak nuklirnya telah meningkat menjadi 1.000 selama beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Lawan Kebangkitan China, Amerika Jual Helikopter MH-60R ke Australia