Baca Juga: Waspada Bertemu Seseorang dengan Tipe Zodiak Ini, Resiko Terkecil Seperti Merasa Dihakimi
Padahal, diungkapkannya, jika pihaknya sudah memberikan kabar satu bulan sebelum perayaan Seba Baduy kepada pihak pemerintah.
"Tapi kami heran, untuk silaturahmi setaun sekali tidak bisa menyambut. Bikin waktu satu sampai dua jam. Itulah yang buat kami sedikit kecewa," katanya.
"Jadi ada sedikit kurang pas yang namanya silaturahmu, yang dituju A, yang datang B," kata Saidi menegaskan.
Dikatakan Saidi, sikap Gubernur Banten yang tidak menyambut langsung masyarakat adat Baduy dalam perayaan Seba Baduy seperti tidak menganggap masyarakat adat Baduy sebagai bagian dari warga negara Indonesia dibawah naungan Pemerintah Provinsi Banten.
"Kami sama-sama warga negara, kekayaan negara, harta negara, sama. Walaupun kami orang Baduy seperti ini penampilannya tetap kami pengen diaku sebagai warga negara, bagaimanapun bentuknya, bagaimanapun keinginannya," ujarnya.
Padahal, ditegaskan Saidi, jika masyarakat adat Baduy yang datang di setiap Perayaan Seba Baduy hanya untuk sekedar bersilaturahmi sekaligus menitipkan beberapa amanah para leluhur kepada para pemimpin daerah.
"Lain kecewan, tapi buat apa ada istilah 'ngasuh ratu ngajayak menak', menak parahiyang itu bupati, menak kadu kujang itu bupati, menak agak besar itu gubernur. Cuma sekedar pengen ketemu sama gubernur, tapi ga ada gubernurnya, ga tau alasannya apa," ungkapnya.
Hal senada turut disampaikan pendamping masyarakat adat Baduy, Uday Suhada. Disampaikan, jika kekecewaan masyarakat adat Baduy lantaran tidak disambut langsung oleh Gubernur Banten merupakan hal yang wajar.