Rusia Bombardir Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky Ngamuk-ngamuk, Sebut Negara NATO Pengecut

29 Maret 2022, 09:35 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky /Instagram/zelenskiy_official/

SERANG NEWS – Perang Rusia dan Ukraina belum menujukkan arah damai. Sementara di tengah serangan militer Rusia ke Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky ngamuk-ngamuk ke Barat terutama NATO.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuding NATO dan sekutunya pengecut lantaran tidak bersedia untuk memberikan bantuan ke negaranya.

32 Hari perang Rusia dan Ukraina terjadi, kerusakan di negara Ukraina tak dapat dihindarkan.

Kendati di kubu Rusia, banyak juga kerusahan dari sisi perlengkapan perang seperti tank, pesawat dan tewasnya prajurit.

"Jadi siapa yang bertanggung jawab atas komunitas Euro-Atlantik? Apakah masih Moskow, berkat taktik menakut-nakuti?" kata Zelensky, dikutip dari TRT World.

"Mitra kami harus meningkatkan bantuan mereka ke Ukraina," katanya kembali meminta.

Baca Juga: Dampak Rusia Serang Ukraina, Misi 'ESA' Badan Antariksa Eropa ke Mars Dibatalkan

Presiden Ukraina tersebut juga menceritakan perjuangan rakyatnya yang digempur selama 32 hari oleh Rusia.

"Saya sudah berbicara dengan para pembela Mariupol hari ini. Saya terus-menerus berhubungan dengan mereka. Tekad, kepahlawanan, dan keteguhan mereka mencengangkan," kata Zelenskyy.

Dalam sebuah pidato video, merujuk pada kota selatan yang terkepung yang telah menderita beberapa bencana. kekurangan dan kengerian terbesar penyerangan.

"Andai saja mereka yang telah berpikir selama 31 hari tentang bagaimana menyerahkan lusinan jet dan tank memiliki keberanian 1 persen," katanya lagi.

Baca Juga: Dianggap dalam Kontrol Pemerintah Rusia, Meta Batasi Akun Facebook dan Instagram RBTH Indonesia 

Rusia telah mendukung pemberontak separatis di Luhansk dan negara tetangga Donetsk sejak pemberontakan meletus di sana tak lama setelah Moskow mencaplok Semenanjung Krimea dari Ukraina pada 2014.

Dalam pembicaraan dengan Ukraina, Moskow menuntut Kiev mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk.

32 hari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar  "operasi militer khusus" ke Rusia, belum ada tanda-tanda perang akan berakhir.

Pasalnya Ukraina tak kunjung menyerah dan tak ada kota besar yang diduduki sepenuhnya oleh Rusia, termasuk Mariupol yang menjadi medan perang paling sengit.

Baca Juga: Perang Ukraina di Maruipol, Seorang Panglima Angkatan Laut Rusia Tewas

Sejak awal Rusia ingin cepat-cepat menundukkan Ukraina dengan blitzkrieg atau serangan militer kilat yang bertumpu pada manuver tank dan dukungan udara, selain bombardemen rudal dan artileri

Tujuannya, memenangkan perang sesegera mungkin guna menghindari korban lebih banyak dan kerugian perang dalam jumlah besar.

Dengan menyerang jantung Ukraina di Kiev dari wilayah Belarus yang hanya 150 km dari Kiev atau separuh jarak Rusia ke ibu kota Ukraina itu, Putin memang memburu kemenangan kilat. Di sini, tempo serangan menjadi bagian paling penting.

Putin pernah menyatakan Rusia tak berencana menduduki Ukraina dan tak berniat mengganti rezim.

Namun dengan membidik Kiev, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy jelas menjadi sasaran penggulingan. ***

Editor: Muh Iqbal Zikri

Sumber: TRT World Antara

Tags

Terkini

Terpopuler