Sebut Bima Tokoh Tasawuf Tertinggi dalam Kisah Wayang Jawa, Begini Penjelasan Sudjiwo Tedjo

- 25 Februari 2022, 17:33 WIB
Sosok Bima dalam kisah wayang Jawa.
Sosok Bima dalam kisah wayang Jawa. /Ken Supriyono/SerangNews.com/

SERANG NEWS – Tokoh Bima dalam pewayangan Jawa dikenal sebagai salah satu Pandawa yang jujur berani dan tidak pernah menggunakan bahasa alus.

Kejujuran Bima yang menganggap semua orang sama, membuat budaya Sudjiwo Tedjo menilai Bima sebagai tokoh tasawuf tertinggi dalam kisah wayang Jawa.

Mulanya Sudjiwo Tedjo mengisahkan wayang yang digunakan Sunan Kalijaga sebagai media dakwah menyebarkan agama Islam.

Menurutnya, penyebaran Islam menggunakan budaya, khususnya wayang membuat Islam berkembang lebih cepat. Hal ini karena metode itu sangat sesuai dengan budaya orang Indonesia, khususnya Jawa.

Baca Juga: Kisah Sunan Kalijaga Gelar Wayang, Penonton Bayar Pakai Syahadat

“Karena cocok banget pak, Misalnya Bima, ini satu-satunya tokoh yang tidak pernah menyembang siapa pun,” kata Sudjiwo Tedjo dikutip SerangNews.com dalam Podcast Karni Ilsya Club, Sabtu 25 Februari 2022.

Dia menyebut Kresna dalam wayang sebagai titisan Wisnu. Kendati demikian, Bisma tidak pernah menyembahnya.

Hal ini sejalan dengan konsep kata Alhamdulillah yang maknanya segala puji dan terima kasih hanya kepada Tuhan yang Maha Esa.

Karena hal itulah, Sudjiwo Tedjo menyebut, Bima sebagai contoh tokoh tawasuf dalam kisah wayang Jawa.

Baca Juga: Sindir Wayang, Ganjar Pranowo: yang Bilang Wayang Dibakar itu Diajari Wayangan

“Dia (Bima) yang dipilih orang Jawa sebagai tokoh tasawuf tertinggi karena dia tidak pernah menyembah orang. Tapi punya tata krama, meski dia tidak pernah menyembah dia tidak kurang ajar,” ujarnya.

Contoh lainnya ada pada penggambaran kuku dari Bima. Menurut pria yang akrab disapa Mbah Tejo, menggambarkan sebagai nilai ketahuidan.

“Di dalam kukunya Bima sendiri, ini sangat tauhid. Kalau di wayang befini, (menunjukan kuku Bima) ini lima hal, bisa sholat, rukun Islam, digenggam jadi satu itulah tauhid,” paparnya.

Baca Juga: Ada Gamelan dan Wayang, Ini Warisan Budaya dan Dakwah Sunan Bonang yang Populer hingga Masa Kini

Kisah lain adalah ketika Bima bertemua dengan Dewa Ruci yang tak lain adalah penggambarkan atas diri manusia sendiri.

“Ini dia (Bima) mencapai sembah tertinggi di samudra, dia bertemu dengan Tuhan yang tanda kutip Dewa Ruci, yakni dirinya sendiri. Bukannya kita begitu di Islam, jika kau kenali dirimu sendiri kau kenal tuhanmu. Kurang Islam gimana,” kata Mbah Tedjo.

Dalam kisahnya, saat pencarian jati dirinya, Bima sering diberi tugas oleh gurunya, yang sesungguhnya dihasut oleh para Kurawa untuk membunuh Bima.

Baca Juga: Cerita di Balik Kemunculan Tokoh Punakawan dalam Alur Dakwah Wali Songo Gunakan Wayang

Ia diberi tugas yang yang terasa mustahil untuk dikerjakan, seperti mencari kayu gung susuhing angin dan air banyu perwitasari. Tugas itu akhirnya membawa Bima bertemu dengan Dewaruci.

Bima sebagai Pandawa yang dikenal memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh, jujur dan bijaksana serta menganggap semua orang sama derajatnya.

Karena itu dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (krama inggil) ataupun duduk di depan lawan bicaranya.

Baca Juga: Kisah Gatotkaca, Anak Bima Berwujud Raksasa yang Hanya Bisa Dibunuh Oleh Senjata Ini

Bima melakukan kedua hal ini hanya ketika menjadi seorang resi dalam lakon Bima Suci, dan ketika dia bertemu dengan Dewaruci.

Ia mahir bermain gada, serta memiliki berbagai macam senjata seperti Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar), dan Bargawasta.

Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara lain: Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuglindhu, Aji Bayubraja dan Aji Blabak Pangantol-antol.***

Editor: Ken Supriyono


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah