Legenda Kisah Inspeksi Dewa Dapur saat Imlek 2021, Ini Alasan Mengapa Ada Kue Kerancang sebagai Sajian Khas

- 1 Februari 2021, 14:46 WIB
Suasana klenteng saat hari raya Imlek.
Suasana klenteng saat hari raya Imlek. /Pixabay/shintaries/

SERANG NEWS - Perayaan hari raya Imlek bukan sekadar ritual. Tahun baru China ini syarat dengan makna dalam setiap ritualnya dan simbol seperti kue keranjang yang khas sebagi sajian setiap hari Imlek. 

Banyak orang China atau komunitas Tionghoa peranakan di Indonesia yang melakukan persiapan sebelum hari ‘Sintjia’. Salah satunya membersihkan rumah hingga tempat-tempat ibadah.

Mereka percaya, Dewa Kekayaan hanya mau mendatangi rumah yang bersih saat hari raya Imlek. Dengan rumah keadaan bersih, orang Tionghoa percaya rezeki lancar mengalir.

Selama tiga hari, terhitung dari tahun baru dan dua hari sesudahnya, ada larangan memegang sapu, alias menyapu. Dipercaya, Dewa Kekayaan bersembunyi di balik debu. Jadi, kalau menyapu, dikhawatirkan sang dewa akan ikut terbuang.

Baca Juga: Jadi Simbol Kekayaan dan Keberuntungan, Ini Enam Jenis Jeruk yang Populer saat Perayaan Imlek

Selain membersihkan rumah, menyiapkan berbagai hidangan bercita rasa manis menjadi sebuah ritual yang tak bisa diabaikan. Dapur menjadi salah satu tempat untuk mengolah berbagai macam makanan yang disajikan untuk para tamu dan kerabat yang datang ke rumah.

Nah, kepercayaan masyarakat Tionghoa, dapur menjadi tempat Dewa Dapur Cao Kung Kong atau Zhao Shen untuk menyelidiki perilaku manusia di Bumi sebelum dilaporkan pada Kaisar Langit (dewa agung) tentang semua kebaikan dan keburukan yang diperbuat oleh manusia sepanjang tahun.

Tepatnya satu pekan sebelum perayaan tahun baru Imlek, Dewa Dapur sudah melakukan inspeksi. Konon, dewa dapur ini akan memberikan penilaian dan melaporkannya pada Dewa Agung di surga.

Baca Juga: Imlek 2021, Ini Makna Jeruk Kim Kit, si Mungil Kecil Pembawa Rezeki Bagi Orang Tionghoa

Dan, untuk mencegah pelaporan atas hal-hal buruk pada Dewa Agung, masyarakat keturunan Tionghoa pun memberikan berbagai persembahan, salah satunya dengan makanan yang manis.

Warga Tionghoa percaya bahwa makanan manis yang disukai para Dewa Dapur adalah kue manis yang terbuat dari bahan ketan. Dalam perayaan Imlek, kue ini dikenal dengan nama dodol manis atau kue keranjang. Bentuk bulat kue ini dipercaya masyarakat Tionghoa Indonesia agar hidup mereka dapat bersatu dan rukun.

"Semua dewa dianggap memiliki sifat seperti manusia, yaitu menyukai manis. Kalau disuguhkan dengan makanan manis, mudah-mudahan dewa dapur akan memberikan laporan positif, sehingga keluarga yang memberi sajian manisan nantinya diberikan rezeki berlimpah," kata pakar kuliner Tiongkok, Hiang Marahimin.

Baca Juga: Ramalan Kerbau Logam Kalendar China 2021 jadi Tahun Keberuntungan Jokowi

Dikutip Serang News dari Tionghoa.info, Senin 1 Februari 2021, dalam tradisi Tionghoa, sebagian masyarakat Tionghoa mengganggap bahwa tanggal 23 bulan 12 penanggalan Imlek adalah ‘Hari Dewa Dapur’ atau lebih dikenal dengan sebutan Cao Kung Kong atau Zao Shen.

Siapa sebenarnya Dewa Dapur, atau dalam dialek Hokkian disebut Cao Kung Kong itu?

Dikisahkan dalam legenda, Dewa Dapur dikirim dari Surga ke Bumi oleh Kaisar Langit. Dewa Dapur bertugas untuk memantau perilaku dan mencatat perbuatan manusia sehari-hari, baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk.

Setiap tahun, sang Dewa Dapur akan naik ke kahyangan dan melapor kepada Kaisar Langit tentang semua kebaikan dan keburukan yang diperbuat oleh manusia, terlebih untuk keluarga yang diawasinya sepanjang tahun tersebut.

Baca Juga: Kudeta Militer, Aung San Suu Kyi dan Win Myint Ditahan, Kekuasaan Dipegang Panglima Militer Min Aung Hlaing

Menurut legenda, Dewa Dapur itu berasal dari zaman Dinasti Qing (1644-1911). Saat itu Kaisar melihat ternyata dapur merupakan tempat berkumpulnya para dayang wanita. Di mana dari sana sering berkembang gosip dan fitnah di lingkungan istana, sehingga kemudian menyebar keluar dan mempengaruhi ketentraman masyarakat lingkungannya.

Karena itu Kaisar kemudian memeritahkan bahwa setiap rumah warga di dapurnya harus dipasang Dewa Dapur. Diedarkan titah yang isinya bahwa Dewa Dapur akan mengawasi, serta mencatat semua omongan serta kegiatan di dapur setiap harinya.

Lalu pada tanggal 26 bulan 12 Imlek, Dewa Dapur akan naik ke langit menemui Kaisar Langit (Yi Huang Ta Ti), untuk melaporkan semua catatannya mengenai keluarga yang dia awasi.

Oleh karena itu setiap rumah tangga yang ada tempat sembahyang kepada Dewa Dapur akan membuat upacara persembahan kepada sang Dewa Dapur pada tanggal tersebut dengan tujuan untuk mengantar Dewa Dapur naik ke langit. Sembahyang kepada Dewa Dapur ini juga sebagai tanda bermulanya sambutan perayaan Tahun Baru Imlek.

Baca Juga: Lagi, Selebgram Ditangkap Polisi Pakai Narkoba  

Selanjutnya, sisa waktu tujuh hari menyambut tahun baru Imlek biasanya ada waktu sehari yang dimanfaatkan oleh umat untuk membersihkan altar sembahyang dan rupang atau patung Dewa-dewi, baik yang ada di kelenteng ataupun di tempat sembahyang pribadi di rumah.

Pembersihan altar sembahyang dan rupang atau patung Dewa-dewi ini merupakan sebuah simbol tanda bakti yang dimaksudkan untuk menyiapkan tempat yang bersih untuk para Dewa-dewi ketika kembali turun pada hari ke 4 setelah Imlek.

Pembersihan di klenteng juga bertujuan untuk mempersiapkan diri karena umat akan mulai ramai datang pada saat menjelang dan sesudah perayaan Imlek.

Setelah itu pada hari ke-empat di tahun yang baru setelah Imlek, kembali ditandai lagi dengan suatu upacara persembahyangan untuk menyambut turunnya Dewa-dewi dari langit ke bumi.

Persembahyangan ini umumnya dilakukan di kuil atau klenteng, namun ada pula yang melakukan sembahyang di rumah masing-masing. Upacara sembahyang ini dilakukan sekitar tengah malam menjelang tibanya tanggal empat (subuh).***

Editor: Ken Supriyono

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x