SERANG NEWS - Kisah Sabdo Palon yang merupakan penasihat Raja Brawijaya masih menjadi misteri.
Kisah Sabdo Palon banyak dipercaya masyarakat Jawa seiring dengan hancurnya kerajaan Majapahit dengan raja terkahir Budha mereka Brawijaya.
Nama Sabdo Palon juga sering dikaitkan dengan nama lain yakni Nayagenggong.
Bahkan, di Candi Cetho yang terletak di lereng gunung Lawu, Jawa Tengah terdapat sosok arca yang diyakini Sabdo Palon, Nayagenggong dan Raja Brawijaya.
Berdasarkan kisah Babad Tanah Jawi, penguasa Demak yakni Raden Fatah mengerahkan pasukannya menyerang Majapahit.
Saat keraton Majapahit dikepung, Raja Brawijaya lenyap tanpa jejak yang menjadi akhir cerita Kerajaan Majapahit.
Baca Juga: Sultan Ageng Tirtayasa, Penguasa Banten yang Paling Ditakuti Belanda, Ini Kisahnya
Namun, cerita tak sampai disitu, ada babad lain dan tradisi yang menyebutkan bahwa Raja Brawijaya melarikan diri bersama dua abdi setianya yaitu Sabdo Palon dan Nayagenggong.
Namun, salah seorang dari Walisongo berhasil menyusul mereka dan mengajak raja berganti keyakinan.
Diceritakan bahwa Raja Brawijaya bersedia berpindah keyakinan yang membuat Sabdo Palon dan Nayagenggong kecewa.
Baca Juga: Hebat, Ini Alasan, Kerajaan Sunda jadi Wilayah yang Tidak Pernah Ditaklukan Majapahit
Sebelum lenyap, Sabdo Palon berjanji bahwa 500 tahun lagi dirinya akan datang kembali melenyapkan agama baru dan mengembalikan Jawa ke agama Budha.
Bahkan dalam janjinya, Sabdo Palon menyatakan akan melenyapkan siapapun yang menolak kembali ke ajaran Budha.
Janji inilah yang melegenda di masyarakat Jawa hingga saat ini. Salah satu yang diyakini sebagai pesanggrahan Raja Brawijaya yaitu Candi Cetho di lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah.
Baca Juga: 10 Kerajaan Terbesar dan Paling Berpengaruh di Nusantara, dari Majapahit hingga Kesultanan Banten
Lantas benarkah demikian, legenda Raja Brawijaya, Sabdo Palon, Nayagenggong dan janjinya?
Dikutip dari YouTube Asisi Channel, Candi Cetho yaitu candi untuk membersihkan diri dan ruwatan.
Berdasarkan prasasti yang ada di Candi Cetho, candi dibangun bertahap sejak tahun 1451 hingga 1475 Masehi. Dimana, pada masa itu merupakan masa-masa suram dan gonjang-ganjing Majapahit pasca perang parekrek.
Baca Juga: Terbunuhnya Jayakatwang dan Penobatan Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit Pertama
Bahkan, Majapahit mengalami kekosongan kekuasaan selama tiga tahun akibat gonjang-ganjing politik yang terjadi, bencana alam dan bencana kelaparan.
Maka dibangunlah Candi Cetho dan Candi Sukuh untuk meruwat negara yang sedang sekarat.
Candi Cetho sendiri dilakukan pemugaran pada tahun 1975-1976 oleh seorang penasihat orde baru. Entah karena wangsit atau kepentingan lain.
Baca Juga: Tragedi Terbunuhnya Raja Kertanegara dan Runtuhnya Kerajaan Singasari sampai Berdirinya Majapahit
Beliau membangun ulang Candi Cetho tanpa menghiraukan kaidah arkeologis. Sehingga, Candi Cetho saat ini merupakan hasil pembangunan ulang tersebut.
Hasil pembangunan ulang itu, ditambahkan gapura-gapura, pendopo dan arca yang dinisbatkan Brawijaya, Sabdo Palon dan Nayagenggong.
Sehingga, dalam kanal YouYube tersebut disampaikan bahwa keberadaan Sabdo Palon dan Nayagenggong masih diragukan kesejarahannya.
Baca Juga: Ratu Shima Pemimpin Perempuan Pertama di Nusantara, Lahirkan Raja Sunda, Galuh dan Mataram
Karena, hanya ada dalam sumber-sumber babad seperti Serat Darmo Gandul yang baru ditulis pada tahun 1900 oleh.
Bahkan, dalam kanal YouTube tersebut disampaikan bahwa arca Brawijaya pun diambil dari arca Siwa Mahadewa di teras bawah.
Termasuk arca yang dinisbatkan sebagai Sabdo Palon dan Nayagenggong.
Menurutnya, peninggalan seperti candi di pegunungan Jawa atau benda arkeolog lainnya kemungkinan berhubungan dengan pertapaan, karesian dan kedewa guruan yang marak di akhir kejayaan Majapahit.
Besar kemungkinan bahwa Candi Cetho tidak berhubungan dengan Brawijaya, Sabdo Palon ataupun Nayagenggong. Apalagi, Sabdo Palon menagih janji.***