Saba Budaya Baduy: Melihat Lebih Dekat Proses Pembuatan Tenun Baduy dan Tas Koja

10 November 2021, 15:39 WIB
Perempuan Baduy sedang membuat tenun Baduy. /Ken Supriyono/SerangNews.com/

SERANG NEWS - Bicara Provinsi Banten, tak lepas dari Masyarakat Adat Baduy yang dikenal masyhur dan teguh menjalankan ajaran leluhurnya menjaga keseimbangan alam.

Dari kehidupan Masyarakat Adat banyak pelajaran falsafah hidup yang layak untuk diteladi dalam kehidupan sehari.

Karena itu, tak lengkap rasanya jika datang ke Provinsi Banten tanpa berkunjung langsung ke Masyarakat Adat Baduy atau yang dikenal dengan istilah Saba Budaya Baduy.

Baca Juga: Familiar Trip to Lebak: Asyiknya Menjelajahi Masyarakat Adat Baduy hingga Museum Multatuli

Apalagi memasuki Desa Adat Baduy, kita tak hanya dimanjakan dengan panorama alam yang indah nan sejak.

Melainkan pula, beragam eksotika pernak-pernik kerajianan hasil buah tangan masyarakat Baduy, seperti tenun Baduy, Tas Koja, Baju Kampret dan kerajinan tangan lain yang dominan berbahan kayu.

Terik matahari tepat di atas ubun-ubun pada Senin 8 November 2021. Tetapi, sengatannya tak begitu terasa, ketika memasuki gerbang Kampung Ketug, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwdamar, Kabupaten Serang.

Baca Juga: 16 Tahun Melukis di Baduy, Pelukis Perempuan Ini Pamerkan Karyanya Bertajuk ‘Gerimis di Tanah Titipan Kanekes’

"Selamat Datang di Baduy, gunung ulah dilebur lebak ulah dirusak," kalimat di perbatasan Kampung Baduy Luar itu, rasanya membayar lunas rasa lelah perjalanan dari Kota Serang awak SerangNews.com bersama rombongan Familiar Trip to Lebak Dinas Pariwisata Provinsi Banten.

Lebih-lebih setelah melewati jalan menanjak, sejauh mata memandang dimanjakan deretan rumah berbahan bilik mambu dan keteduhan alam yang melingkupinya menyambut.

Warga Baduy luar sedang membuat Tas Koja Baduy. Ken Supriyono/SerangNews.com

Ya, begitulah kondisi pemukiman masyarakat Baduy yang dikenal menyatu dengan alam. Padahal, pemandangan ini belum sampai masuk ke Baduy Dalam atau baru di Kampung Baduy Luar.

Namun, rasanya siapa pun yang berkunjung ke Baduy akan merasakan kenyamanan yang tak ternilai. Terlebih semua orang Baduy begitu ramah kepada siapa pun pengunjungnya.

Lebih menyenangkan, deretan pernak-pernik hasil kerajianan tangan masyarakat Baduy, turut berjajar menghiasi jalan setapak di perkampungan tersebut.

Baca Juga: Sebut Suku Baduy Penjaga Paru-Paru Dunia, Erick Thohir Kerahkan BUMN Bantu Masyarakat Adat Baduy

Pengunjung dapat melihat lebih dekat, bahkan mencoba langsung proses pembuatan tenun Baduy dan Tas Koja yang dibuat dari bahan-bahan alami.

Pembuatan tenun Baduy, biasanya dikerjakan para perempuan di teras rumahnya. Salah satunya yang dilakukan Ambu Jani di beranda rumahnya.

Bahkan para pengunjung yang datang ke Baduy bisa belajar langsung jika ingin bisa atau tahu rasanya menenun.

"Boleh saja kalau mau (belajar menenun-red)," ujar Ambu Jani sembari tetap melakukan pekerjaannya menentun.

Perempuan Baduy sedang menggulung benang yang digunakan untuk membuat tenun Baduy. Ken Supriyono/SerangNews.com

Hanya saja, belajar menenun butuh proses dan kesabaran. Soalnya, untuk membuat tenun berukuran 1-2 meter saja, bisa membutuhkan waktu satu bulan.

"Untuk songket yang besar sekitar 1x2 meter itu dikerjakan kurang lebih satu bulan, sedangkan untuk syal waktunya 1 minggu," kata Ambu Jani.

Pekerjaan menenun memang sudah menjadi hal yang biasa bagi perempuan Baduy. Sementara, para laki-lakinya akan pergi ke ladang.

Baca Juga: Ingin Menikah dengan Gadis Warga Suku Baduy? Simak Syarat Hingga Prosesi Acara Menikah Sesuai Adat Setempat

Akan tetapi di luar pergi meladang, ada juga dari mereka yang mengerjakan pembuatan Tas Koja yang berbahan dari serat kayu.

Tas Koja Baduy yang dibuat dari serat kayu. Ken Supriyono/SerangNews.com

Tak jauh beda dengan pembuatan tenun, pembuatan Tas Koja juga harus memiliki keahlian khusus. Apalagi setiap lilitannya harus dilakukan secara telaten dan sabar.

"Ini bahannya alami," ucap salah satu warga Baduy sembari membuat Tas Koja di pelataran rumahnya.

Hasil tenun dan Tas Koja itu biasanya dijual masyarakat Baduy kepada pengunjung yang berkunjung. Mereka memajangnya di teras rumah bersama kerajinan lainnya.

Termasuk beberapa makanan olahan seperti gula aren, madu, dan pernak-pernik lainnya yang menjadi cendera mata dari Masyarakat Adat Baduy.***

Editor: Ken Supriyono

Tags

Terkini

Terpopuler