SERANG NEWS - Artikel berikut ini disarikan dari sebuah buku karya KH.Husein Ahmad yang berjudul “Ulama-ulama Yang Menghabiskan Waktunya Dengan Membaca-, Menulis, dan Menebarkan Cahaya Ilmu Pengetahuan”.
Syaikh Nawawi al-Bantani a-Jawi (1230-1314 H/1813-1897 M) lahir di Tanara, sebuah desa kecil di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten, pada 1230 H/1813 M.
Beliau dididik dalam tradisi keagamaan yang sagat kuat di Tanara. Sejak berusia lima tahun, ia mulai belajar ilmu agama Islam langsung dari ayahnya. Bersama saudara-saudara kandungnya.
Ia belajar pengetahuan dasar bahasa Arab, al Qur’an, hadits, tauhid dan fiqih.
Pada usia delapan tahun, bersama kedua adiknya , Tami, dan Ahmad, Syaikh Nawawi al Bantani al- Jawi berguru kepada KH.Sahal, salah seorang ulama terkenal di Banten saat itu.
Kemudian, ia melanjutkan belajar kepada Syaikh Baing Yusuf Purwakarta. Pada usia 15 tahun beliau sudah menunaikan ibadah haji.
Di Makkah, beliau tinggal dan bermukim di bilangan Syi’bli Ali, dekat masjidil Haram. Di sana beliau belajar kepada banyak ulama.
Syaikh Nawawi al Bantani al Jawi dikenal sebagai seorang ulama Indonesia yang diakui keulamaannya di dunia internasional.
Beliau adalah ulama nusantara yang dipercaya menjadi imam di Masjidil Haram. Popularitas dan kepakarannya dalam ilmu-ilmu keislaman temah mengantarkannya memeroleh penghargaan dunia, dengan memberinya sejumlah predikat akademik yang sagat prestisius, antara lain Sayyid al Ulama al Hijaz (Pemimoin Ulama Hijaz), Al Imam Al Muhaqqiq wa al- Fahhamah al- Muhaqqiq (Imam yang sangat mumpuni ilmunya), ulama Abad ke-14 Hijriyah hingga al Umala al Haramain (Imam Ulama Makkah dan Madinah).
Intelektualisme Syaikh Nawawi al –Bantani al Jaawi tidak diragukan lagi.
Ulama asal mesir, Syaikh Umar Abdul Jabbar, dalam kitabnya, Ad-Durus min al-Madhi at – Ta’lim wa al- Hadhirih bi al –masjid al Haram (Beberapa Kajian Masa Lalu dan Masa Kini tentang Pendidikan di Masjidil Haram), menulis bahwa Syaikh Nawawi al Bantany Al-Jawi sangat produktif menulis hingga karyanya mencapai seratus judul lebih yang meliputi berbagai disiplin ilmu. Banyak pula karyanya yang berupa syarah atau komentar terhadap kitab-kitab klasik.
Hari-hari Syekh Nawawi al-Bantani al –Jawi dihabiskan untuk mengajar, memberi fatwa, memimpin salat di Masjidil Haram dan menulis kitab.
Di samping mengajar masyarakat umum dari seluruh dunia, ia juga mengkhususkan diri bertemu, berdiskusi, dan mengajar kepada komunitas Jawa (Indonesia). Banyak ulama dari berbagai daerah di Indonesia berguru kepadanya.
Beberapa di antaranya yang kemudian menjadi ulama besar di Indonesia adalah KH. Hasyim Asy’ari (pendiri NU), KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), Syaikh Thahir Jamaluddin (Singapura), H. Abdulkarim Amrullah (ayah Buya Hamka),Syaikhona Khalil Bangkalan dan lain sebagainya .
Dapat dikatan aktifitas harian Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi dijalani dari kamar Masjid Haram. Bila sampai di kamar, ia langsung menulis hingga menjelang subuh. Ia hanya tidur sebentar, hanya manakala sudah lelah dan mengantuk.
Syaikh Nawawi al-Bantani al Jawi wafat di Mekkah pada 25 Syawal 1314 H/1897 M. Makamnya terletak di Pemakaman Ma’la, Makkah al Mukarramah.
Baca Juga: Link Donwload Higgs Domino Sudah Diunduh 10 Juta Lebih Pengguna, Begini Pandangan Ulama Aceh
Dari aktivitas menulis selama hidupnya, Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi telah menghasilkan 114 kitab. Hal ini merupakan capaian intelektual yag luar biasa, yang jarang dicapai oleh ulama lain.
Dan istimewanya lagi adalah, semua karyanya menjadi bahan ajar di pondok pesantren di seluruh Indonesia sampai saat ini.***