HIKMAH RAMADHAN 1: Keutamaan Puasa: Benteng dari Api Neraka dan Dilipatkannya Pahala

- 13 April 2021, 17:36 WIB
Ilustrasi Hikmah Ramadhan.
Ilustrasi Hikmah Ramadhan. /Pixabay/chiplanay//

SERANG NEWS – Hikmah Ramadhan edisi pertama ini mengambil tema ‘Keutamaan Puasa’ yang diambil dari Kitab Tanqihul  Qaul karya Syekh Nawawi Al Bantani.

Artikel tentang tema-tema kegamaan ini bertajuk Hikmah Ramadhan, InsyaAllah akan terbit secara rutin setiap hari pada saat jelang buka atau selepas subuh untuk membersamai puasa Ramadhan 1442 H.

Berikut artikel Hikmah Ramahan 1 dengan tema Keutamaan Puasa:

Allah SWT berfirman dalam hadist Qudsi “Setiap satu kebaikan itu pahalanya berlipat sepuluh kebaikan sampai tuhuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Karena itu, sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Aku akan membalas dengannya.” Demikian disebutkan dalam Ihya.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalas dengannya,” (H.R Daraqythhni dari Abu Umamah dengan Sanad Hasan).

Maksudnya, Allah SWT berfirman dalam hadits qudsi. Perbedaan antara hadist qudsi dengan Al Quran adalah bawah Al Quran diuturunkan sebagai mukjizat meskipun surat pendek, sedangkan hadist qudsi bukan mukjizat.

Baca Juga: Hari Pertama Ramadhan 1442 H, Ini Jadwal Buka Puasa di Kota Serang Selasa 13 April 2021, Disertai Doa Berbuka

Baca Juga: Teduh dan Penuh Hikmah, Ini Kata-kata Mutiara dan Pesan Indah Syekh Ali Jaber

Membaca Al Quran maupun hadist merupakan ibadah. Yang dimaksud balasan adalah memberikan balasan yang banyak tanpa dibatasi bilangan yang disukai Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW bersabda. “Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagian yang dia rasakan kegimbiraannya; Pertama, kebahagiaan ketika berbuka puasa. Kedua, kebagaian ketika bertemu dengan Tuhannya.

Maksudnya gembira ketika berbuka puasa karena lapar dan hausnya telah hilang saat dia dieprbolehkan berbuka puasa. Pendapat lain mengatakan, bahwa kegembiraan ketika berbuka puasa, karena berbuka adalah bentuk kesempurnaan atas akhir dari ibdahnya dan bentuk keringanan dari Tuhan serta pertolongan untuk puasa selanjutnya.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya bau mulut orang pus aitu lebih harum di sisi Allah daripada harumnya kesturi.” Hadist di atas merupakan lanjutan sumpah Nabi Muhammad sebelumnya, yaitu Demi Zat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya.

Dalam artian, bau mulut orang yang puasa lebih harum di sisi Allah AWT daripada harumnya kesturi menurut kalian. Pendapat lain mengatakan, Allah SWT akan membalasnya di akhirat, sehingga bau mulut orang puasa akan lebih harum daripada aroma kesturi. Sementara pendapat lain, maksudnya orang puasa memperoleh pahala yang lebih baik daripada aroma kesturi.

Imam Nawawi mendukung pendapat yang mengatakan bau mulut itu lebih banyak pahalanya daripada aroma kesturi yang disunahkan ketika bersama orang banyak di majelis dzikir.

ajBaca Juga: Disukai Nabi Muhammad, Ini Khasiat Kurma Ajwa yang Menjadi Penawar Racun dan Tangkal Sihir

Kata Harum diartikan diterima dan diridhai. Hakim Husain mengutip sebuah penjelasan bahwa di Hari Kiamat, ibadah itu ada yang baunya semerbak. Karenanya, bau puasa di antara ibadah lainnya itu di sana seperti aroma kesturi.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Peganglah rampasan yang dingin. Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah rampasan yang dingin itu? ‘Nabi menjawab, ‘puasa di musim dingin penghujan itulah yang disebut rampasan yang dingin.”

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan, maka dosanya yang telah lalu dan yang akan datang diampuni. Bila dia menyempurnakan Ramadhan, maka dosanya sampai akhir tahun tidak tertulis. Bila dia meninggal sebelum datang Ramadhan yang lain, maka dia datang di Hari Kiamat, tanpa dosa.” (HR Khatib dari Ibnu Abbas).

Baca Juga: Baik untuk Buka Puasa Ramadhan, Ini 12 Manfaat Kurma yang Menyehatkan dan Menambah Stamina Tubuh

Yang dimaksud dosa kecil yang berhubungan dengan hak Allah SWT. Sebagian Riwayat menyebutkan, “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan ikhlas, maka dosanya yang telah lalu dan yang akan datang akan diampuni.“

Maksud iman, adalah yakin bahwa kewajiban puasa itu benar. Ikhlas berarti mengingkan pahala dari Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Puasa adalah benteng dari jilatan neraka, seperti tameng salah satu dari kalian dalam perang.” (HR Ibdu Majah dari Utsman bin Abu Ats).

Maksudnya seperti baju perang yang melindungi agar tidak terbunuh dalam peperangan. Cukuplah, dalil ini sebagai kedasyatan ibadah puasa. Hadist tersebut shahih. Dalam sebagian Riwayat disebutkan, “Puasa itu benteng salah satu dari kalian dari neraka, seperti baju salah satu daru kalian dalam perang.”

Baca Juga: 7 Macam Bacaan Istighfar sesuai Anjuran Nabi, Lengkap dengan Bahasa Arab dan Artinya

Baca Juga: Berikut 8 Keutamaan Menjaga Lisan atau Ucapan sesuai Anjuran Nabi Muhammad

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ketika orang berbuka, malaikat memohonkan rahmat untuknya sampai dia selesai.” Maksudnya memohonkan berkah dan ampunan untuknya.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setiap sesuatu ada zakatnya. Adapun zakat badan adalah puasa.” (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah dan Thabrani dan Sahl bin Sa’d). Maksudnya segala sesuatu ada sederkahnya.

Puasa merupakan zakat bagi badan, sebab puasa termasuk rahasia Allah SWT dan secara maknawi sebagai kunci keberkahan dan kebaikan bagi tubuh. Jadi seperti zakat harta benda. Meskipun secara lahir mengurangi harta, namun justru menambah berkah. Demikian pula puasa.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidurnya orang puasa itu ibadah, diamnya tasbuh, perbuatannya dilipatgandakan, doalnya dikabulkan dan dosanya terampunkan. (HR. Baihaqi dari Abdullah binAbu Aufa). Maksudnya, orang yang berpuasa fardhu atau sunah. Dalam sebagian riwayat disebutkan, “tidurnya orang berilmu itu ibadaha.”

Diamnya orang berpuasa disamakan dengan tasbih. Amal perbuatannya dilipatgandakan sepuluh kali lipat, bahkan lebih, dan dosa kecilnya diampuni.

Hadist tersebut dhaif. Dalam sebagaian Riwayat disebutkan “nafasnya tasbih dan ucapannya sedekah.” Maksudnya, puasanya orang yang tidak merusak ibadah puasanya dengan menggunjing atau sejenisnya. Tidur, meskipun termasuk lupa, tetapi dilarang dianggap ibadah. Setiap tidur merupakan perantara untuk ibadah.

*Catatan: Artikel ini diambil dalam kitab Tanqihul Qaul bab 13 karya Syekh Nawawi Al Bantani.***

Editor: Ken Supriyono


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x