Yuk Simak, Mengenal Tiga Srikandi Cabang Panahan Peraih Medali Olimpiade Pertama Bagi Indonesia

- 18 Agustus 2021, 20:12 WIB
Ilustrasi Yuk Simak, Mengenal Tiga Srikandi Cabang Panahan Peraih Medali Olimpiade Bagi Indonesia.
Ilustrasi Yuk Simak, Mengenal Tiga Srikandi Cabang Panahan Peraih Medali Olimpiade Bagi Indonesia. /Pixabay/blende12./

SERANG NEWS - Tahun 1988, merupakan tahun bersejarah bagi keikutsertaan Indonesia di ajang terbesar di dunia atau Olimpiade.

Pada tahun tersebut atlet Indonesia berhasil mencatatkan namanya sebagai peraih medali pertama bagi Indinesia di ajang Olimpiade.

Raihan medali itu dipersembahkan oleh atlet panahan yang dikenal dengan sebutan Tiga Srikandi.

Di bawah pimpinan Donald Pandiangan, Tiga Srikandi mendapat peringkat kedua di bawah tuan rumah Korea Selatan.

Tiga Srikandi adalah julukan yang diberikan kepada tiga pemanah putri Indonesia yang berhasil membawa pulang medali pertama bagi

Medali perak pertama itu diperoleh dalam Olimpiade Seoul tahun 1988.

Baca Juga: Rekor Juara Indonesia di Thomas Cup Belum Terpecahkan, Siapa Saja Negara yang Jadi Rivalnya

Dalam gelaran tersebut, Tiga Srikandi bukanlah regu yang diperhitungkan untuk mendapat medali dari cabang panahan.

Sebab, pada saat itu regu pemanah putri dihuni oleh para pemain juara dunia dari Korea Selatan dan Amerika Serikat, Uni Soviet, dan Britania Raya.

Namun, siapa sangka hari itu akan menjadi salah satu hari bersejarah bagi dunia olahraga Indonesia berkat Tiga Srikandi.

Lalu, siapa sajakah tiga orang berjuluk Tiga Srikandi tersebut? Mereka adalah Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani.

Dikutip dari E-Book “Perempuan Pengibar Sang Saka” Kemendikbud dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, berikut profilnya.

Baca Juga: Piala Uber 2020, Ada di Grup Neraka, Mampukah China dan Indonesia Lolos ke Babak Selanjutnya

Lilies Handayani lahir pada tanggal 15 April 1965. Lilies kecil pada awalnya menekuni bidang pencak silat.

Namun, melihat sang anak sering pulang dari latihan dengan babak belur atau bengkak di beberapa bagian tubuh, sang ibu tak sampai hati melihatnya.

Hingga dibujuklah Lilies untuk
meninggalkan pencak silat dan beralih ke panahan.

Olahraga panahan merupakan salah satu olahraga yang disukai dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad, kata ibunya kala itu sebagai upaya membujuknya.

Pepatah mengatakan “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”memang benar. Keahlian memanah Lilies menurun dari kedua orang tuanya.

Baca Juga: Susi Susanti Bicara Olimpiade Paris 2024, Masa Depan Duet The Minions dan Apriyani Rahayu Jadi Sorotan

Ayahnya, Yahya Buari seorang atlet panahan terkenal dengan julukan Topeng.

Sementara itu, Subadiyah, Ibunya acap kali menorehkan namanya dalam kejuaraan memanah lokal hingga nasional.

Pada bulan September 1982, ia mengikuti kejuaraan nasional panahan dan membawa pulang empat medali emas.

Dari situ namanya mulai dikenal lebih luas. Pada PON tahun 1985, 1989, 1993, 1994, total ia meraih delapan medali emas.

Prestasi gemilangnya itu akhirnya mengantarkan ia menjadi wakil Indonesia dalam Olimpiade Seoul.

Kini Lilies menjadi ibu dari tiga orang anak yang bergelut di bidang panahan pula.

Selain menjadi pelatih olahraga panahan di Surabaya Archery School, sekolah panahannyang didirikannya, kini ia juga menjabat sebagai pegawai Dinas Pendapatan Daerah Jawa Timur.

Atlet lainnya yang tergabung dalam Tiga Srikandi adlaah Nurfitriyana Saiman. Yana, begitu ia kerap disapa, sesosok perempuan tangguh dari Jakarta.

Ia lahir pada tanggal 7 Maret 1962. Berawal dari keisengannya mengikuti kakak iparnya, Jeffilia Hambali
yang merupakan pemanah nasional ke lapangan memanah.

Yana menemukan olahraga panahan ternyata menarik baginya. Ia mulai mencoba hingga akhirnya memutuskan serius menekuni bidang ini.

Setahun kemudian, si bungsu
dari anak era bersaudara itu berhasil masuk sepuluh besar dalam Kejurnas Panahan di Jakarta.

Ia juga berhasil meraih medali perak dari SEA Games Manila dan SEA Games Singapura. Namanya kian melejit setelah ia berhasil menjadi pemanah peringkat 11 Asia.

Selain mereka berdua saat itu, Tiga Srikandi juga diperkuat oleh Kusuma Wardani.

20 Februari 1964, menjadi hari ketika dunia menyambut lahirnya salah satu wanita tangguh yang membanggakan nama Indonesia di kancah dunia, Kusuma Wardani.

Wanita kelahiran Makassar tersebur bercerita mengenai suka dukanya bersama dengan Lilies dan Yana, di
bawah pelatih Donald Pandiangan.

Masih segar dalam ingatannya bagaimana pelatih mereka yang tegas dan keras saat melatihnya.

Menurut cerita Suma, panggilan akrabnya, pelatihnya tersebut kerap kali secara tiba-tiba meminta ia bersama timnya itu berlatih.

Uniknya, tempat latihan mereka bukan hanya di arena memanah. Namun, terkadang di sawah, di bukit, atau tempat tak terduga lainnya.

Ia bahkan masih ingat betul saat ia dan kedua temannya justru diminta berlatih gulat, bukannya memanah.

Ternyata hal itu untuk menguatkan lengan saat memegang busur panah. Latihan dan kerja keras tersebut pada akhirnya terbayar dengan kejuaraan yang berhasil diraih Tiga Srikandi.

Tiga Srikandi merupakan wanita tangguh Indonesia. Mereka telah melewati masa bekerja keras dengan banyak pengorbanan yang tentu tak mudah.***

Editor: Kiki

Sumber: Beragam Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah