Kisah Perjuangan Apriyani Rahayu, Dari Raket Kayu hingga Meraih Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020

3 Agustus 2021, 14:23 WIB
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu meang emas di Olimpiade Tokyo 2020 /Instagram/@bwf.official/

SERANG NEWS – Pebulutangkis Indonesia Apriyani Rahayu membeberkan perjuangannya menjadi atlet nasional Indonesia sebelum meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020.

Apriyani Rahayu merupakan ganda putri pasangan Gesysia Polii yang meraih medali emas cabor bulutangkis di Olimpiade Tokyo 2020.

Perjuangan Apriyani Rahayu menuju podium tertinggi di Olimpiade Tokyo 2020 betul-betul luar biasa.

Baca Juga: Bocoran Hadiah yang Diterima Atlet Indonesia Peraih Emas, Perak, Perunggu di Olimpiade Tokyo 2020

Pemain ganda putri asal Lawulo (Sulawesi Tenggara), 29 April 1998 harus berjuang bekerja keras untuk bisa mewujudkan mimpinya menjadi atlet badminton Indonesia di kancah internasional.

Apriyani sendiri menyukai olahraga bulutangkis sejak kecil. Sang Ayah Amirudiin P membuat raket untuknya karena tidak ada biaya untuk membeli raket. Sehingga, ayahnya membuat raket dengan bahan dari kayu.

“Waktu akhirnya punya satu raket, setiap senarnya putus, saya sambung sendiri, bukan disenar di tukang senar raket. Tiap tidur, saya peluk raket itu," kata Apriyani dikuti dari sumber live instagram PP PBSI.

Baca Juga: Update Profil, Karier, IG Apriyani Rahayu, Pasangan Greysia Polii Raih Emas di Final Olimpiade Tokyo 2020

Karena raket kayunya rusak, orang tuanya melihat arpiyani tidur bersama raket hingga membuat sang ayah merasa kasihan.

Kemudian sang ayah membelikan sebuah raket bekas yang senarnya berasal dari benang pancing.

Shuttlecock yang digunakan Apriyani pun sudah hancur, namun tetap dipakainya terus menerus.

Arpiyani juga menceritakan perjuangannya sebelum ke Jakarta.

Baca Juga: Perolehan Medali Olimpiade Tokyo 2020, Senin 2 Agustus: China Pertama, Indonesia Terbaik untuk ASEAN

“Saya pernah naik kapal selama tiga hari dari kampung saya ke Makassar. Ayah saya yang mencari bantuan dana supaya saya bisa bertanding, semua bertekad memberi support untuk saya," kata Apriyani.

Apriyani menyayangkan, banyak atlet dikampungnya tidak bisa berkembang menjadi atlet nasional dan bisa meraih level internasional karena kendala biaya yang tidak ada.

"Banyak atlet di kampung saya yang tidak berkembang, tidak bisa sampai level internasional karena kendala biaya," ucap Apriyani Rahayu.

Apriyani sendiri pada akhirnya bisa membanggakan seluruh bangsa Indonesia. Apalagi saat Lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo.***

Editor: Masykur Ridlo

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler