Joe Biden Kontak Sekutu Amerika Serikat untuk Hadapi Serangan Rusia ke Ukraina

- 28 Februari 2022, 13:22 WIB
FILE PHOTO: U.S. President Joe Biden addresses a joint session of Congress as Vice President Kamala Harris and Speaker of the House U.S. Rep. Nancy Pelosi (D-CA) applaud, at the U.S. Capitol in Washington, DC, U.S. April 28, 2021. Chip Somodevilla/Pool via REUTERS/File Photo
FILE PHOTO: U.S. President Joe Biden addresses a joint session of Congress as Vice President Kamala Harris and Speaker of the House U.S. Rep. Nancy Pelosi (D-CA) applaud, at the U.S. Capitol in Washington, DC, U.S. April 28, 2021. Chip Somodevilla/Pool via REUTERS/File Photo /POOL/REUTERS

SERANG NEWS – Serangan Rusia kepada Ukraina masih menjadi sorotan dunia. Amerika Serikat dikabarkan akan mengumpulkan sekutunya.

Kabar terbaru dari Gedung Putih menyatakan, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mulai melakukan kontak dengan sekutu untuk menindaklanjuti serangan Rusia ke Ukraina.

“Panggilan Biden dengan sekutu saat DK PBB bersiap untuk sesi darurat di Ukraina,” tulis The Hindustan Times dikutip SerangNews.com, Senin 28 Februari 2022.

Hanya saja, Gedung Putih tidak memberikan rincian tentang siapa saja yang akan menjadi bagian dari percakapan dengan Presiden Joe Biden.

Baca Juga: Vladimir Putin Minta Siagakan Nuklir, Ini Jumlah Senjata Nuklir Rusia?

Laporan Reuters mengabarkan, Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan mengadakan panggilan telepon dengan sekutunya pada hari Senin untuk membicarakan perang di Ukraina.

"11:15 [16:15 GMT] Presiden mengadakan panggilan aman dengan Sekutu dan mitra untuk membahas perkembangan terbaru mengenai serangan Rusia terhadap Ukraina dan untuk mengoordinasikan tanggapan bersatu kami," kata Gedung Putih dalam jadwalnya untuk Senin.

Gedung Putih menolak untuk memberikan rincian tentang siapa saja yang akan menjadi bagian dari percakapan telepon dengan Joe Biden.

Baca Juga: Putin Perintahkan Pasukan Nuklir Rusia Siaga Tinggi, NATO dan Amerika Tegas Bilang Begini

Dijelaskan, bahwa merika Serikat dan sekutunya datang ketika Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) telah menyerukan sesi darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) atas situasi yang meningkat di Ukraina.

Sebelumnya, pemerintahan Biden sangat mengecam peringatan nuklir Presiden Rusia Vladimir Putin dengan mengatakan bahwa peringatan itu merupakan eskalasi yang tidak dapat diterima dari perang skala penuh di Ukraina yang dimulai pada 24 Februari.

Amerika Serikat telah memimpin tuduhan Barat mengutuk tindakan Moskow di Ukraina dan telah menjatuhkan sanksi yang menargetkan ekonomi Rusia.

Baca Juga: Serangan Siber Lumpuhkan Situs Web Pemerintah Rusia? Ini Pesan Anonymous untuk Vladimir Putin

Namun, di tengah sanksi keras yang dijatuhkan AS, minyak dan gas dari Rusia akan terus mengalir bebas ke seluruh dunia.

“Sejak serangan di Ukraina, Presiden AS Biden membela keputusannya untuk mempertahankan akses ke energi Rusia untuk membatasi rasa sakit yang dirasakan warga Amerika di pompa bensin,” tulis laporan Reuters.

Tetapi beberapa ahli telah menunjukkan bahwa mengecualikan industry. Dalam hal ini sektor energi di jantung ekonomi Rusia pada dasarnya akan membatasi sanksi yang dikenakan.

Baca Juga: Ukraina dan Rusia Sepakat Berunding di Belarusia, Perang Akan Berakhir?

“Politisi di Amerika Serikat dan Eropa memilih untuk mengukir satu sektor yang mungkin benar-benar menentukan. Saya tidak berpikir Rusia buta terhadap apa yang sedang terjadi dan itu harus menunjukkan kepada mereka bahwa Barat tidak benar-benar memiliki keinginan untuk itu. pertarungan menyakitkan atas Ukraina,” kata sejarawan Universitas Columbia Adam Tooze dikutip dari Reuters.***

Editor: Ken Supriyono

Sumber: Reuters The Hindustan Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah