Hubungan Amerika Serikat - China Memanas, Kapal Perang AS Berlayar di Selat Taiwan, China: Provokasi

28 April 2022, 11:31 WIB
Ilustrasi Kapal Perang Amerika. /Pixabay/Defence-Imagery./

SERANG NEWS - Kapal perang Amerika Serikat berlayar di Selat Taiwan pada Selasa 26 April 2022. Hal itu mendapat kecaman dari militer China yang menyebutnya sebagai aksi provokasi.

Kapal perang yang bernama USS Sampson berlayar mengarungi lautan Selat Taiwan yang diklaim oleh China sebagai bagian dari teritorinya.

Sebelumnya, pemerintah China melalui kebijakan 'One-China Policy' menyatakan bahwa, Taiwan merupakan bagian dari teritori China.

Baca Juga: Makin Menjadi, Polisi Israel Tembaki Warga Palestina di Masjid Al-Aqsa dengan Peluru Karet

Dilansir dari The Guardian, kehadiran kapal perang USS Sampson di Selat Taiwan dianggap suatu bentuk provokasi yang mengancam perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.

Menanggapi hal itu, juru bicara Armada ke-7 Amerika Serikat, Nicholas Lingo mengatakan bahwa, misi yang dijalankan tersebut menunjukkan komitmen Amerika Serikat untuk kebebasan dan keterbukaan Indo-Pasifik.

Amerika Serikat pada dasarnya mengirim kapal perang untuk mengarungi lautan Indo-Pasifik sekali dalam sebulan sebagai bagian dari latihan kebebasan navigasi di laut internasional.

Baca Juga: 150 Warga Palestina Terluka Akibat Serangan Israel ke Masjid Al-Aqsa, Mesir dan Arab Saudi Tegas Bilang Begini

Kuatnya hubungan Taiwan dengan Amerika Serikat mendorong munculnya dukungan Amerika Serikat untuk kedaulatan Taiwan dan kebersediaan AS dalam memasok kebutuhan persenjataan Taiwan.

Seiring dengan munculnya operasi militer Rusia di Ukraina, hubungan Amerika Serikat dengan China semakin memburuk.

China tidak dapat dipengaruhi oleh AS untuk ikut andil memberikan sanksi dan mengutuk tindakan Rusia di Ukraina.

Baca Juga: Swedia Memanas, Al-Quran Dibakar Kerusuhan Meledak, Menteri Kehakiman Minta Pelaku Penghina Islam Ditangkap

Pada pendiriannya, China berpendapat bahwa apa yang tengah terjadi di Ukraina merupakan akibat dari tindakan NATO (North Atlantic Treaty Organization).

Organisasi keamanan NATO disinyalir memperluas keanggotaannya hingga ke negara-negara yang berbatasan langsung dengan Rusia.

Tindakan tersebut menyulut timbulnya dilema keamanan bagi Rusia dengan kehadiran anggota NATO baru yang langsung berbatasan dengannya.

Baca Juga: Mosi Tidak Percaya, Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan Digulingkan Oposisi

Tindakan tersebut dipahami oleh China sebagai suatu kesalahan faktor pencetus bagi lahirnya konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina.

Dengan begitu, China enggan untuk menyatakan keberpihakannya dalam pemberian sanksi internasional dan mengutuk tindakan Rusia.

Hal tersebut menguatkan alasan memburuknya hubungan antara Amerika Serikat dan China.***

Editor: Masykur Ridlo

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler