SERANG NEWS - Presiden Amerika Serikat Joe Biden memanggil Xi Jinping dalam sebuah panggilan video.
Panggilan Joe Biden terhadap Presiden China tersebut menyusul peperangan antara Rusia dan Ukraina yang belum juga usai.
Panggilan antara Joe Biden dan Xi Jinping tersebut terjadi pada Jum'at, 18 Maret 2022 lalu.
Dalam panggilan tersebut, Joe Biden mengingatkan China jika berani memberikan dukungan material terhadap Rusia.
China akan menghadapi sebuah konsekuensi jika permintaan Joe Biden tersebut diabaikan.
Diketahui sebelumnya bahwa China merupakan salah satu negara besar yang belum mengutuk tindakan Rusia terhadap Ukraina.
Atas kondisi tersebut, Amerika khawatir jika China mendukung aksi yang telah dilakukan oleh Rusia.
Dikutip SerangNews.com dari Reuters, Gedung Putih mengungkapkan pembicaraan Joe Biden dengan Xi Jinping.
Pihak Gedung Putih mengungkapkan bahwa Joe Biden hanya menggambarkan bagaimanan kondisi jika China memberikan bantuan material terhadap Rusia.
"Dia menggambarkan implikasi dan konsekuensi jika China memberikan dukungan material kepada Rusia karena melakukan serangan brutal terhadap kota-kota dan warga sipil Ukraina," kata pihak Gedung Putih, dikutip SerangNews.com dari Reuters pada 19 Maret 2022.
AS terus melakukan penekanan terhadap negara besar agar tidak ikut campur bahkan membantu Rusia.
Tak terhitung berapa kali pihak Gedung Putih melakukan peringatan kepada Rusia agar menghentikan aksi militernya tersebut.
Baca Juga: Serangan Rusia Hantam Barat Ukraina, Amerika dan Sekutu Siap Beri Sanksi Lagi
Sementara itu, pihak China merespon panggilan Joe Biden tersebut dengan jawaban argumentatif.
China hanya mengingatkan agar negara-negara NATO untuk mengadakan dialog dengan Rusia.
Tidak hanya itu, China pun berharap agar peperangan Rusia dan Ukraina bisa diakhiri sesegera mungkin.
"Prioritas utama sekarang adalah melanjutkan dialog dan negosiasi, menghindari korban sipil, mencegah krisis kemanusiaan, menghentikan pertempuran dan mengakhiri perang sesegera mungkin," kata pihak Kementrian Luar Negeri China, dikutip SerangNews.com dari Reuters.***