MUI Desak Presiden Jokowi Turun Tangan Damaikan Perang Rusia dan Ukraina

5 Maret 2022, 22:53 WIB
Presiden Joko Widodo dan Presiden Rusia Vladimir Putin. /Dok. Setneg /

SERANG NEWS - Serangan militer Rusia ke Ukraina dinilai sudah pada tingkat mengkhawatirkan.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai pemimpin negara Republik Indonesia didesak untuk turun tangan mendamaikan konflik perang Rusia dan Ukraina.

Permintaan kepada Jokowi disampai Majelis Ulama Indonesia (MUI). Mereka menilai perdamaian Rusia dan Ukraina harus diusahakan Indonesia.

Baca Juga: Jumlah Senjata Nuklir Rusia Setara Gabungan Milik AS dan Negara NATO, China Duduki Peringkat 3 Dunia

"Kepada pemerintah RI (di bawah Presiden Jokowi-red) saya sangat berharap peran-peran yang lebih strategis dan taktis dalam ikut serta mengupayakan perdamaian Rusia-Ukraina," kata Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri Prof Sudarnoto Abdul Hakim dikutip SerangNews.com dari Antara, Sabtu 5 Maret 2022.

Indonesia sebagai sahabat Rusia dan Ukraina dinilai Sudarnoto, sangat memungkin bisa menjadi penegah untuk bisa mencapai kesepakatan damai di antara keduanya.

"Pengalaman kesepakatan damai yang dilakukan di berbagai negara yang bertikai menunjukkan bahwa trust (kepercayaan) sangatlah penting, jangan ada satupun yang mengkhianati," ujarnya.

Baca Juga: Rusia Umumkan Gencatan Senjata di Dua Kota Ukraina, Beri Waktu Warga Sipil Dievakuasi

Menurutnya, serang Rusia tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harus ada negara yang mengambil inisiatif untuk mendamaikannya.

Sebab, serangan tersebut sudah menjatuhkan banyak korban dan bisa berakibat fatal bagi perdamaian dunia.

"Serangan atau agresi militer yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan," ucap Sudarnoto.

Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin mulai membuka kemungkinan damai dengan Ukraina.

Baca Juga: Perang Rusia dan Ukraina Semakin Memanas, Zelensky Tegas Minta Putin Lakukan Ini

Namun Putin mengajukan dua syarat yang harus dipenuhi. Yakni apabila Kyiv telah menjadi kota netral, didenazifikasi, dan demiliterisasi.

Sedangkan syarat kedua adalah mengakui secara resmi Rusia mengontrol Krimea. Apalagi, wilayah itu telah dikuasai Rusia sejak 2014 lalu.

"Penyelesaian Ukraina hanya mungkin jika Kyiv netral, "denazifikasi" dan "demiliterisasi" dan kontrol Rusia atas Krimea yang dicaplok secara resmi diakui," kata juru bicara Vladimir Putin, Kremlin Dmitry Peskov dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Warga Dunia Siap-siap Perang Dunia, Rusia vs Ukraina Makin Panas, Kini China Mulai Ikut-Ikutan, Ini Buktinya

Pihak Rusia mengaku bawah Putin akan membuka peluang pembicaraan secara langsung dengan petinggi Ukraina.

"Rusia terbuka untuk pembicaraan dengan perwakilan Ukraina dan mengharapkan (pembicaraan) mengarah pada hasil yang diinginkan," kata Kremlin.***

Editor: Ken Supriyono

Sumber: Reuters ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler