Jejak Peninggalan Zaman Manusia Purba di Banten Ini Jadi Tempat Keramat dan Pemandian

- 14 Maret 2022, 11:48 WIB
Situs Batu Goong - Citaman di Bukit Kadu Guling, Desa Sukasari, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang.
Situs Batu Goong - Citaman di Bukit Kadu Guling, Desa Sukasari, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang. /Ken Supriyono/Serangnews.com/

SERANG NEWS – Sejumlah jejak peninggalan manusia purba pada zaman pra sejarah atau megalitik banyak dijumpai di Provinsi Banten.

Di antara peninggalan manusia purba di Banten adalah Situs Batu Goong-Citaman yang berada di lereng Gunung Pulosari, atau Bukit Kadu Guling, Desa Sukasari, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang.

Situs Batu Goong-Citaman konon tidak bisa dipisahkan dari peninggalan megalitik di sekitar Gunung Pulosari lainnya. Di antaranya, arca Sangyang Heuleut dan Sangyang Dengdek yang jaraknya 4 kilometer dari situs tersebut.

Selanjutnya, Situs Cihunjuran di tepi bukit Pulosari, Desa Cikoneng, Mandalawangi. Situs ini memiliki karakter yang sama dengan Situs Batu Goong-Citaman.

Baca Juga: Situs Batu Goong dan Citaman, Peninggalan Masa Prasejarah di Banten yang Menjadi Tempat Wisata  

Situs lainnya adalah Batu Ranjang di Kampung Batu Ranjang, Desa Batu Ranjang, dan Batu Tumbung di Kampung Cidaresi, Desa Palanyar, Kecamatan Cipeucang.

Temuan-temuan situs megalitik ini membuktikan adanya peradaban Banten sejak ribuan tahun lalu.

Situs Batu Goong-Citaman adalah dua situs dalam satu kawasan. Batu Goong ini sebuah menhir terbungkus kain putih sebagai pusat. Batu ini dikeliling oleh batu-batu lain yang membentuk formasi temu gelang.

Sementara, batu-batu yang mengelilingi menhir berbentuk gamelan atau gong dan batu pelingging. Juga, sebuah batu yang berbentuk layaknya meja.

Baca Juga: Hidup sejak Zaman Hewan Purba Dinosaurus, Ini Rahasia Kehebatan Tikus Bertahan Hidup dari Kepunahan

“Konon dulunya sebagai tempat pemujaan kepada arwah leluhur,” kata Pamong Budaya BPCB Banten Yanuar Mandiri beberapa waktu lalu saat penjelasahan cagar budaya di Banten.

Sebelum melakukan ritual, biasanya akan dilakukan penyucian diri pada situs kolam yang dikenal dengan nama Citaman.

Oleh karena itu, Situs Batu Goong dengan Kolam Citaman yang berjarak sekira 500-an meter tidak dapat dipisahkan.

Pada masanya, dari Batu Goong ke Citaman ada semacam punden atau struktur taman berundak.

Baca Juga: Mengungkap 100 Jejak Kaki Dinosaurus Berusia 72,5 Juta Tahun di Kanada, Ini Ukuran Terbesar Hewan Purba

Hanya saja, proses alam selama ribuan tahun membuat struktur tersebut mengalami degradasi. Kini, hanya sebagian kecil sisa-sisanya punden yang masih tampak tak jelas.

Meski dibangun orang-orang pada zaman prasejarah atau megalitik, Situs Batu Goong-Citaman kefungsiaannya berlanjut hingga zaman klasik (Hindu-Budha).

Tak jauh beda, situs yang usianya diperkirakan mencapai empat ribu tahun sebelum Masehi ini juga menjadi tempat peribadatan.

Panjangnya temuan situs ini membuat berkembang cerita sejarah lisan masyarakat sekitar. Ada yang menyebut, Batu Goong difungsikan tempat berkumpulnya atau musyawarah pemuka agama melakukan keputusan resmi.

Baca Juga: Hewan Purba Spesies Stegosaurus Ditemukan di China, Bukti Catatan Sejarah Awal Dinosaurus di Asia

Pemimpin rapat duduk di tengah, dan setiap ada keputusan dipukul batu yang bentuknya mirip gamelan.

Aroma mistik dan mitologi di lokasi situs kerap didengar warga sekitar. Cerita itu menjadi khasanah kebudayaan lokal. Terlebih, oral sejarah sudah berkembang sejak zama dahulu kala.

Tak heran, sebagian besar tradisi zaman prasejarah, Hindu-Budha dan akulturasi Islam masih banyak ditemukan. Termasuk budaya cocok tanam yang disebut sebagai peninggalan prasejarah.

Baca Juga: Peneliti di Jepang Ungkap Misteri Putri Duyung dari Temuan Mumi Berusia 300 Tahun, Begini Faktanya

Situs Citaman menjadi bukti warisan yang ditinggalkan bercocok tanam zaman megalitik. Di area lereng Gunung Pulosari ini sangat melimpah ruah air dari sumbernya di Kolam Citaman.

Seperti kekhasan situs prasejarah yang berupa bebatuan, pada kolam air yang luasnya mencapai 350 meter persegi itu banyak dijumpai jenis bebatuan. Mulai batu-batu berlobang, batu lumpang, batu dakon, batu bergores, pecahan batu pipisan, pecahan alu, dan pecahan keramik asing.

Kolam Citaman terbagi dua bagian. Informasinya, satu bagian digunakan khusus kaum pria, dan lainnya untuk kaum wanita.

Dalam tradisi megalitik hingga klasik, kolam Citaman diduga dipakai sebagai tempat awal menyucikan diri sebelum upacara berlangsung.

“Pusat ritualnya di tempat batu Goong berada,” kata Yanuar.

Kini tak hanya urusan ritual pemujaan, banyak masyarakat yang memfungsikan tempat tersebut untuk berwisata.***

Editor: Ken Supriyono


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah