Setelah tayangan itu, Gus Miftah selaku tuan rumah menyampaikan beberapa hal soal pertunjukan wayang tersebut.
Ia mengaku hal itu dilakukan spontanitas setelah beberapa pelaku dalang menghubunginya.
"Ini spontanitas, terlepas dari segala kontroversinya banyak hikmahnya. Ya mungkin selama ini kita kurang care, kurang peduli," katanya.
"Contoh ngeten, kula niki le nguring-nguring budoyo kurang pripun (contoh begini, saya kurang apa menyosialisasikan soal budaya), Kulo (saya) sampe ngaji di luar negeri yo sampai ngangge (pakai) blangkon. Itu atas nama membudayakan budaya Nusantara," sambungnya.
Sampai pada puncaknya, lanjut Gus Miftah, dua blangkongkonnya laku Rp200 juta dan Rp900 juta.
"Menyiarkan budaya Nusantara sampai puncaknya, blangkon saya, saya jual dua kali yang pertama sampai laku 200 juta untuk gerakan santri asuh, kemudian saya jual lagi laku 900 juta," katanya.
"Artinya harus ada kepedulian bersama, kepedulian itu harus ada rasa memiliki self of belonging," sambungya lagi.
Hanya saja, Gus Miftah menilai, generasi muda Indonesia mulai kurang peduli dengan budayanya sendiri.