Memang tak sedikit yang menganggap minor, tradisi OAM tersebut. Padahal, sebagai dijelaskan Profesor Suwardi Endraswara, tradisi OAM adalah cara berfikir sistematis dan penalaran orang yang sebagai pola pikir jenius.
Menurutnya, OAM berangkat dari tradisi kecerdasan nalar, rasa yang memberikan sumbangan penting dalam menumbuh kembangkan budaya Jawa.
“Orang Jawa asli maupun yang yang telah terkena pengaruh budaya lain pun, sedikit banyak bisa dinyatakan selalu menggunakan pisau analisi OAM,” tulisnya dalam buku Falsafa Hidup Jawa yang dikutip SerangNews.com, Senin 4 Oktober 2021.
“Pisau analisis ini disamping mampu menyelesaikan hal ihwal kultural yang pelik, juga lebih mewaliki ranah spiritual Jawa,” tulisnya lebih lanjut.
Baca Juga: Pintar dan Cerdas, Ini 7 Weton Paling Jago Mencari Uang, Cek Apakah Kamu Termasuk
Berfikir Spekulatif dan Mitos Angka Ganjil
Mitos angka ganjil yang banyak mewarnai kehidupan orang Jawa. Orang Jawa sering menganggap angka satu, tiga, lima, tujuh dan sembilan sebagai refleksi budaya sakral.
Masing-masing angka keramat tersebut, implikasinya sangat luas. Misalnya, bilangan satu dikaitkann dengan Kang Maha Kuasa (Tuhan), dan lainnya.
Tradisi spekulatif dari mitos angka ganjil ini tak terlepas dari cara berfikir OAM orang Jawa yang sudah diajarkan dan dikembangkan secara turun temurun.