Sejarah Wayang dan Macam-macam Wayang di Indonesia

- 17 Juni 2021, 07:05 WIB
Ilustrasi sejarah wayang dan macam-macam wayang di Indonesia.
Ilustrasi sejarah wayang dan macam-macam wayang di Indonesia. /Ken Supriyono/SerangNews.com./

SERANG NEWS – Mengenal sejarah wayang dan jenis-jenis wayang bisa menjadi sarana untuk mengembangkan warisan budaya Indonesia.

Sebab wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia. Wayang semula berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali.

Lambat laun, pertunjukan wayang populer di beberapa daerah seperti Sumatra dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.

UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia.

Baca Juga: Syekh Nawawi Al Bantani, Guru dan Karya 'Kitab' Bidang Tauhid, Fiqih, Tasawuf, Bahasa, Hadist dan Sejarah

Sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Asal Usul Wayang

Menelusuri wayang memang bukan perkara mudah. Dari berbagai literasi, wayang secara umum sudah ada sejak 1500 tahun sebelum masehi.

Konon bentuk mulanya sangat sederhana, hanya terbuat dari rerumputan yang diikat. Wayang dimainkan dalam ritual pemujaan roh nenek moyang dalam upacara-upacara ada Jawa.

Maka, ada yang menyebut wayang berasal dari kata “Ma Hyang” yang artinya roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa.

Baca Juga: Tak Pernah Kekurangan Beras, Ini Rahasia Masyarakat Baduy Menjaga Sistem Ketahanan dan Kemandirian Pangan

Ada pula yang menyebut dengan arti bayangan. Ini mengacu pertunjukan wayang kulit di Jawa, yang hanya dilihat bentuk bayangannya.

Seturut pembabakan wayang dimulai dari cerita si Galigi mawayang. Galigi yang dimaksud adalah seorang dalang dalam pertunjukan wayang kulit.

Ini sesuai kitab Kakawin Arjunawiwaha, buatan Empu Kanwa, pada 1035. Kitab tersebut menyebut, sosok si Galigi adalah seorang yang cepat, dan hanya berjarak satu wayang dari Jagatkarana, atau dalang terbesar hanyalah berjarak satu layar dari kita.

Kemudian, ada naskah Bhoma Kawya dan Bharatayuddha melengkapi penggambaran tentang bagaimana pertunjukkan wayang kulit dimainkan waktu itu. Dimulai dengan wayang purwa, yang pertama kali dimiliki oleh Sri Jayabaya (Raja Kediri tahun 939 M).

Baca Juga: 16 Tahun Melukis di Baduy, Pelukis Perempuan Ini Pamerkan Karyanya Bertajuk ‘Gerimis di Tanah Titipan Kanekes’

Wayang purwa kemudian dikembangkan oleh Raden Panji di Jenggala pada 1223 M. Lalu, pada 1283 M Raden Jaka Susuruh menciptakan wayang dari kertas.

Wayang hasil ciptaan Raden Jaka ini yang dikenal dengan wayang beber. Semakin lama, Sangging Prabangkara pada tahun 1301 M mengembangkan karakter wayang beber sesuai dengan adegannya.

Wayang terus mengalami perkembangan. Cerita-cerita yang dimainkan juga kian berkembang. Kisah Mahabrata dan Ramayana menjadi dua contoh kisah yang menjadi favorit.

Kedua epik ini dinilai lebih menarik. Juga memiliki kesinambungan cerita utama dalam setiap pertunjukan wayang.

Tradisi pewayangan sejak masa Majapahit dilanjutkan pada masa Kerajaan Demak. Bahkan berakulturasi dengan kebudayaan Islam yang berkembang kala itu.

Sunan Kalijaga misalnya, ketika berdakwah menggelar pertunjukan wayang untuk mengundang banyak orang.

Tradisi pewayangan ini pun didukung oleh kuasa keraton. Lalu dikembangkan oleh penguasa dan para sunan sebagai salah satu media dakwah Islam.

Baca Juga: Potret Sejarah Pendidikan Banten Masa Lalu 3: Siswa Pribumi Bertumbuh, di Kota Serang Berdiri Sekolah Guru

Wayang beber kuno yang menggambarkan wujud manusia secara detail dibuat menjadi lebih samar. Lakon Punakawan, seperti Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng diciptakan Sunan Kalijaga.

Lakon-lakon tersebut dibuat sedemikian rupa agar dapat membawa nafas islam pada pertunjukan wayang kulit.

Macam-macam Wayang

Selain wayang kulit, ada juga jenis wayang lainnya yang populer di Indonesia. Berikut macam-macam wayang yang perlu diketahui:

Wayang Beber

Wayang kulit yang pertama adalah wayang Beber. Wayang Beber adalah salah satu wayang tertua yang ada di Indonesia.

Nama Beber tersebut diambil dari cara memainkannya yaitu dengan cara membeberkan atau dibentangkan.

Wayang Purwa

Wayang yang selanjutnya adalah wayang Purwa. Wayang Purwa pertama kali dikenal di Indonesia pada sekitar abad ke-11, yakni pada masa pemerintahan raja Airlangga.

Wayang Purwa mempunyai bentuk yang pipih dan terbuat dari kulit kerbau yang tebal. Wayang Purwa juga mempunyai lengan dan kaki yang bisa digerakkan sehingga ketika dimainkan akan terlihat lebih menarik lagi.

Wayang Golek

Jenis wayang yang selanjutnya adalah Wayang Golek. Wayang jenis ini merupakan salah satu wayang yang terkenal dan banyak tersebar pada daerah pulau Jawa bagian Barat.

Wayang Golek termasuk ke dalam salah satu wayang yang lebih muda usianya karena pertama kali dikenal pada sekitar abad ke-17.

Dalam pertunjukkan Wayang Golek sedikit berbeda karena tidak menggunakan bahasa Jawa, melainkan menggunakan bahasa Sunda.

Wayang Orang

Wayang yang hingga saat ini cukup populer di Indonesia adalah Wayang Orang. Keberadaan wayang Orang pertama kali dikenal pada sekitar abad ke-18 dan menjadikannya salah satu wayang yang memiliki usia muda seperti wayang Golek.

Kehadiran wayang Orang juga terinspirasi dari seni drama yang berasal dari Eropa dan kemudian diadaptasikan menjadi salah satu seni di Indonesia.

Wayang Klitik

Wayang Klitik memiliki sedikit perbedaan dengan wayang yang lainnya karena wayang ini tidak dibuat sepenuhnya dengan kulit, melainkan terbuat dari kayu.

Istilah Klitik dipakai dari suara kayu yang saling bersentuhan ketika wayang sedang digerakkan atau dimainkan.

Wayang Garing

Wayang Garing merupakan salah satu kesenian khas Serang, Banten. Bentuk penyajiannya berupa pergelaran wayang dengan menggunakan wayang kulit tanpa iringan gamelan dan tembang dari para sinden.

Jadi, Wayang Garing dimainkan oleh dalang seorang diri, sedangkan musik pengiring berasal dari mulut dan permainan tangan dalang yang beradu dengan benda-benda di sekitarnya.

Wayang Garing termasuk sastra lisan Banten yang ditandai dengan ciri-ciri tuturan yang disampaikan dalang menggunakan bahasa daerah Banten, yaitu Jawa-Serang.

Pertunjukan Wayang Garing acap kali hadir pada acara pesta pernikahan dan hiburan khitanan di Kabupaten Serang, Banten. Istilah garing diberikan masyarakat yang berarti kering, karena pergelaran ini sangat sederhana, tidak ada gamelan dan tidak ada tembang dari para sinden.***

Editor: Ken Supriyono

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x