Hikmah Ramadhan 12: Puasa sebagai Psikoterapi Jiwa ala Psikologi Nabi Muhammad SAW

24 April 2021, 23:55 WIB
Hikmah Ramadhan: Psikoterapi Melalui Puasa /Pexels/Ahmed Aqtai/

SERANG NEWS – Hikmah Ramadhan 12 mengulas manfaat dari ibadah puasa. Salah satunya puasa sebagai metode melakukan psikoterapi jiwa.

Psikoterapi melalui puasa memperkuat kehendak dan menimbulkan kekuatan untuk menaklukan hawa nafsu.

Allah SWT berfirman (QS 2:183): “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”

Maksud kalimat ini, agar kalian merasa takut untuk melakukan perbuatan maksiat. Caranya, dengan menaklukan syahwat yang menjadi penyebabnya.

Baca Juga: Hikmah Ramadhan 11: Keutamaan Sholat Malam dan Menjelang Subuh dalam Kitab Al Hikam Syekh Ibn Atha’illah

Di dalam Bukhari disebutkan, “(Allah berfirman): Dia meniggalkan makanan, minuman dan syahwatnya karena Aku. Ibadah puasa adalah milik-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Amal kebaikan itu akan digandakan sebanyak sepuluh kali lipat.”

Di dalam hadist tersebut juga disebutkan, ‘puasa sebagai perisai’. Maksudnya, puasa bisa memelihara seseorang dari dosa dorongan syahwat. Orang yang berpuasa akan mampu mengekang nafsunya, sehingga dapat memutuskan tidak makan, tidak minum, tidak melakukan hubungan seksual.

Orang yang puasa juga tidak akan melakukan perbuatan kotor, bertindak bodoh, mencela, maupun melakukan perbuatan yang bisa mendatangkan murkan Allah.

Dalam puasa terkandung latihan untuk mengendalikan motivasi dan emosi, serta memperkuat kehendak untuk mengalahkan dorongan nafsu dan syahwat.

Baca Juga: Ada Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, Ini Murid Syekh Nawawi Al Bantani dan Spirit Perjuangan dari Mekkah

Rasulllah SAW, telah memberi nasihat kepada para pemuda yang belum mampu menikah agar berpuasa. Karena puasa akan membantu mereka untuk mengendalikan motivasi seksual.

Dalam puasa terdapat unsur latihan bersabar. Dengan latihan bersabar, seseorang akan mampu menanggung berbagai beban berat.

Ketika orang berpuasa merasa terhalangi untuk mengonsumsi makanan dan minuman, maka akan ikut merasakan penderitaan fakir miskin, yang tidak bisa mengonsumsi makanan. Karenanya, akan mengasihi saudaranya yang bernasib kurang beruntung secara ekonomi.

Ia akan memberikan pertolongan dan berbuat baik kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal itu, akan membuat hubungan sosialnya menjadi lebih baik. Menjadi lebih peka pada masyarakat yang membutuhkan rasa tanggung jawab sosial.

Baca Juga: Syekh Nawawi Al Bantani, Guru dan Karya 'Kitab' Bidang Tauhid, Fiqih, Tasawuf, Bahasa, Hadist dan Sejarah

Ia akan senantiasa berusaha memberikan bantuan dan menganggap sebagai salah satu anggota masyarakat yang bermanfaat bagi komunitasnya. Akhirnya, akan merasa bahagia dan tenteram.

Puasa akan sangat berguna untuk mengobati perasaan berdosa dan menghilangkan kegundahan. Rasulullah SAW mengatakan, bahwa balasan ibadah puasa adalah ampunan dosa dan masuk surga.

“Barang siapa yang menunaikan ibadah puasa Ramadhan dilandasi iman dan ikhlas, maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni.” (HR. Abu Hurairah).

Sementara Abu Sa’ida al-Khudri meriwayatkan, bahwa Rasulullah bersabda: “Tidak ada seorang hamba yang berpuasa, meski sehari, melainkan dengannya Allah akan menjauhkannya api neraka--sejauh jarak--perjalanan tujuh puluh tahun.”

Baca Juga: Doa Niat Zakat Fitrah Lengkap dengan Bacaan Latih dan Terjemahan Indonesia

An-Nahdr bin Syaiban meriwayatkan dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh Allah SWT, telah mewajibkan puasa Ramadhan kepada kalian. Sedangkan aku telah menyunahkan sholat pada malam hariya untuk kalian. Barang siapa berpuasa Ramadhan dan melakukan sholat pada malam harinya atas dasar iman dan ikhlas, maka akan keluar dosa-dosanya seperti pada hari ia dilahirkan ibunya.

Ada beberapa hadist yang menerangkan, bahwa barang siapa yang menunaikan puasa pada beberapa hari yang memiliki keutamaan, maka ia akan meraih ampunan dari Allah SWT atas segala dosa yang telah diperbuatnya.

Di antaranya, adalah hari Arafah, puasa pada hari ini bisa melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya. Puasa di hari Arafah, mampu melebur dosa-dosa setahun sebelumnya.

Beberapa di antaranya yakni, hari pada bulan syawwal setelah puasa Ramadhan, yang mampu memberikan pahala seperti pahala puasa setahun penuh. Termasuk, puasa tiga hari pada setiap bulan, yang pahalanya menyamai puasa selama setahun.***

Catatan: artikel ini diambil dari buku The Ultimate Psychology ‘Psikologi Sempurna ala Nabi Muhammad SAW’ karya Dr. Muhammad Utsman Najati.

Editor: Ken Supriyono

Tags

Terkini

Terpopuler