Invansi Rusia ke Ukraina Bisa Merembet Menjadi Perang Antara China Lawan Amerika, Jika Hal Ini Terjadi

- 5 Maret 2022, 07:05 WIB
Bendera China.
Bendera China. /Pixabay/SW1994/

SERANG NEWS - Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina bisa merembet menjadi pertempuran China lawan Amerika Serikat (AS).

Profesor Ilmu Politik Universitas Tufts
Michael Beckley mengatakan saat konsentrasi Amerika terganggu dengan pengepungan Rusia di Ukraina, China dapat mengambil tindakan di Taiwan.

Dia mengatakan konflik antara AS dan China kemungkinan besar akan pecah jika negara adidaya yang otoriter itu (China) mengambil tindakan militer di Taiwan.

“Amerika Serikat dan China, saya pikir, berada pada risiko konflik yang sangat tinggi,” Beckley kepada Fox News. 

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah TNI Turun Tangan Membantu Tentara Ukraina Melawan Rusia, Ini Fakta Sebenarnya

"Bukan hanya persaingan ekonomi atau persaingan ideologis, tetapi perang yang sebenarnya," tambahnya dikutip Sabtu 5 Maret 2022.

Beckley mengatakan, ekonomi China yang melambat, meningkatnya sentimen kemerdekaan Taiwan.

Disisi lain meningkatnya tekanan internasional untuk menahan pertumbuhan China membuat konflik lebih mungkin terjadi.

"Ada banyak obrolan yang menyarankan bahwa jika China akan pindah ke Taiwan, itu adalah waktu yang tepat," kata Beckley.

"Konflik Rusia berperan dalam hal ini karena tentu saja ini merupakan gangguan besar bagi Amerika Serikat." 

Baca Juga: Rusia Berhasil Rebut Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Terbesar di Eropa, Muncul Ancaman Ledakan Besar?

AS, di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan, memberikan senjata pertahanan ke Taiwan.

Akan tetapi Amerika tidak berkewajiban untuk memberikan dukungan militer jika China menyerang Taiwan.

Beckley mengatakan kepada bahwa konflik di Ukraina membatasi sumber daya yang dapat dipersembahkan AS untuk melindungi Taiwan dari China.

“Jika Rusia dan China masing-masing berperang di wilayah mereka sendiri, itu akan membuat pasukan Amerika terlalu banyak," tuturnya.

Hal itu akan memberi mereka masing-masing kesempatan untuk membuat terobosan di wilayah mereka sendiri. 

Baca Juga: Harga Minyak Goreng Dunia Meroket Imbas Konflik Rusia-Ukraina

"Saya pikir meningkatkan risiko konflik atas sesuatu seperti Taiwan ini," kata Beckley

Beckley juga mencatat bahwa Rusia dan China tengah berbagi kepentingan bersama berdasarkan geopolitik, energi, dan ideologis yang sama terhadap sistem internasional saat ini.

Beckley menyebut perdagangan antara kedua negara sebagai kemitraan alami yang didasarkan pada komoditas yang sangat vital.

Dimana China mengimpor lebih dari 80 persen minyak dan gas alam yang dikonsumsinya.

Sementara itu lebih dari setengah pendapatan pemerintah Rusia berasal dari penjualan gas dan minyak ke luar negeri. 

Baca Juga: Rusia Kuasai Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia, PLTN Terbesar di Eropa

Kedua negara juga memiliki minat yang sama dalam "mendorong kembali tatanan internasional liberal yang dipertahankan Amerika Serikat dan sebagian besar sekutunya yang demokratis.

Menurutnya, hubungan China-Rusia menampilkan "asimetri kekuasaan" berdasarkan kekuatan militer dan ekonomi China.

"Ekonomi China 10 kali lebih besar dari Rusia," kata Beckley.

"China menghabiskan empat kali lebih banyak setiap tahun untuk militernya seperti yang dilakukan Rusia, dan China benar-benar kekuatan besar multi-dimensi."

"Akibatnya, Rusia selalu khawatir menjadi mitra junior dalam hubungan, dan China selalu khawatir akan memberi lebih dari yang didapat," lanjut Beckley.

Beckley menambahkan bahwa ada perpecahan di Rusia dan kepentingan geopolitik China termasuk sengketa perbatasan, pengaruh Asia Tengah dan permusuhan historis.

Dikatakan Beckley, Kepentingan keuangan China melawan dukungan diplomatik Beijing terhadap Rusia.

Bank-bank China telah "mengembalikan" beberapa transaksi mereka dengan Rusia dalam "kepatuhan dasar dan diam-diam" dengan sanksi baru-baru ini.

"China, di satu sisi, ingin mendukung Rusia tetapi tidak bersedia untuk sepenuhnya bertindak sebagai sekutu," ujarnya.

"Karena khawatir akan terputus dari sistem ekonomi Barat dan mengundang permusuhan terhadap dirinya sendiri," kata Beckley.***

Editor: Kiki

Sumber: Fox News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x