SERANG NEWS - Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan peringatan mengerikan kepada negara-negara Barat bahwa tindakan di Ukraina akan mengarah pada konsekuensi yang belum pernah mereka lihat.
Presiden Rusia menuduh AS dan sekutunya mengabaikan permintaannya untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan menawarkan jaminan keamanan kepada Moskow.
Ini telah memicu kekhawatiran bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir untuk melawan musuh-musuhnya.
Baca Juga: Putin Perintahkan Pasukan Nuklir Rusia Siaga Tinggi, NATO dan Amerika Tegas Bilang Begini
Apalagi, Putih sudah meminta pasukan nuklir Rusia untuk siaga. Hal itu menyusul pernyataan NATO yang memberikan sanksi berat ke Rusia.
Senjata nuklir Rusia termasuk Rudal Balistik antarbenua, atau ICBM, memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan ribuan mil.
Data yang dihasilkan oleh Arms Control Association mengklaim bahwa Rusia dan Amerika Serikat memiliki ribuan senjata nuklir.
Sementara, Inggris, Prancis, dan China semuanya juga berjumlah ratusan.
Lantas berapa jumlah senjata nuklir Rusia? Berikut datanya dikutip dari Mirror:
Rusia tercatat memiliki 6.257 senjata nuklir, disusul Amerika Serikat sebanyak 5.550 senjata nuklir.
Kemudian, Inggris memiliki 225, Prancis 290, China 350, Israel 90, Pakistan 165, India 156 dan Korea Utara 40. Sementara, Ukraina tidak memiliki senjata nuklir.
Baca Juga: Ukraina dan Rusia Sepakat Berunding di Belarusia, Perang Akan Berakhir?
Pasca berakhirnya Perang Dingin pada tahun 1991 dan pecahnya Uni Soviet termasuk Ukraina yang menjadi bagiannya, sejumlah besar nuklir ditinggalkan di Ukraina oleh Moskow.
Namun, Ukraina membuat keputusan untuk menyingkirkan senjata, memilih untuk sepenuhnya denuklirisasi.
Penangkal nuklir Inggris berbasis di Royal Navy, memelihara setidaknya satu kapal selam rudal balistik bersenjata nuklir di laut dan tidak terdeteksi setiap saat.
Baca Juga: Korea Selatan Sesalkan Uji Coba Rudal Korea Utara, Jepang Tanggapi Begini
Sistem ini telah ada sejak 1969, dan hanya dapat diaktifkan oleh Perdana Menteri yang saat ini dijabat Boris Johnson.
Opsi nuklir mewakili senjata paling drastis di gudang senjata negara adidaya dan keputusan untuk menggunakannya membawa konsekuensi yang paling parah.
Kemungkinan penggunaan senjata nuklir masih jauh karena bisa menyebabkan kehancuran kedua belah pihak melebihi biaya manfaat apa pun yang dapat diperoleh.
Baca Juga: Serangan Siber Lumpuhkan Situs Web Pemerintah Rusia? Ini Pesan Anonymous untuk Vladimir Putin
Sebetulnya, perjanjian tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir telah ada sejak tahun 1970.
Perjanjian tersebut telah ditandatangani oleh Inggris dan AS serta Uni Soviet (sekarang Rusia), dan total 191 negara kini telah bergabung dalam perjanjian tersebut.***