Percaya Mitos Angka Ganjil dan Penuh Simbol? Ini Karakter Orang Jawa yang Jarang Diketahui

4 Oktober 2021, 21:48 WIB
Ilustrasi orang Jawa yang penuh simbol dan tradisi filosofi. /Pixabay/masbebet

SERANG NEWS – Selain kaya akan budaya, masyarakat Jawa dikenal memiliki pandagangan hidup dan tradisi filosofis.

Tradisi filosofi masyarakat orang Jawa itu kerap dimaknai banyak orang sebagai hal yang berbau mistis.

Karenanya, sebagaimana perumpaan Guru Besar Pendikan Bahasa Jawa, Profesor Suwardi Endraswara, bahwa mengintip jendela bening budaya Jawa, ibarat memasuki hutan rimba simbol yang rimbun.

Di dalamnya penuh dengan tantangan, keunikan, sekaligus daya tarik yang sangat menggoda. Rimba itu sarat dengan nuansa spiritual, nafas mistis, dan aroma kehidupan dunia lain yang acap kali membuat penasaran.

Baca Juga: Sejarah Wayang dan Macam-macam Wayang di Indonesia

Tak terkecuali karakteristik masyarakat Jawa yang dikenal berfikir spekulatif dan percaya terhadap mitos angka ganjil dan penuh dengan simbol dalam tingkah lakunya.

Bagaimanakah mengetahui karakter masyarakat Jawa yang lekat dalam kehidupan sehari-hari tersebut? Berikut SerangNews.com sajikan karakteristik masyarakat Jawa yang penuh filosofi:

Othak-Athik Mathuk Orang Jawa

Sudah bukan rahasia umum, jika orang Jawa dikenal senang menghubungkan satu hal dengan hal lain sehingga seolah-olah saling terkait. Tradisi ini sering dikenal dengan sebutan ‘Othak-Otahik Mathuk’ atau disingkat OAM.

Baca Juga: Punya Weton Rabu Pon dan Berjuluk Satrio Wibowo, Ini Keistimewaan Kepemimpinan Jokowi Menurut Primbon Jawa

Memang tak sedikit yang menganggap minor, tradisi OAM tersebut. Padahal, sebagai dijelaskan Profesor Suwardi Endraswara, tradisi OAM adalah cara berfikir sistematis dan penalaran orang yang sebagai pola pikir jenius.

Menurutnya, OAM berangkat dari tradisi kecerdasan nalar, rasa yang memberikan sumbangan penting dalam menumbuh kembangkan budaya Jawa.

“Orang Jawa asli maupun yang yang telah terkena pengaruh budaya lain pun, sedikit banyak bisa dinyatakan selalu menggunakan pisau analisi OAM,” tulisnya dalam buku Falsafa Hidup Jawa yang dikutip SerangNews.com, Senin 4 Oktober 2021.

“Pisau analisis ini disamping mampu menyelesaikan hal ihwal kultural yang pelik, juga lebih mewaliki ranah spiritual Jawa,” tulisnya lebih lanjut.

Baca Juga: Pintar dan Cerdas, Ini 7 Weton Paling Jago Mencari Uang, Cek Apakah Kamu Termasuk

Berfikir Spekulatif dan Mitos Angka Ganjil

Mitos angka ganjil yang banyak mewarnai kehidupan orang Jawa. Orang Jawa sering menganggap angka satu, tiga, lima, tujuh dan sembilan sebagai refleksi budaya sakral.

Masing-masing angka keramat tersebut, implikasinya sangat luas. Misalnya, bilangan satu dikaitkann dengan Kang Maha Kuasa (Tuhan), dan lainnya.

Tradisi spekulatif dari mitos angka ganjil ini tak terlepas dari cara berfikir OAM orang Jawa yang sudah diajarkan dan dikembangkan secara turun temurun.

Baca Juga: Petuah Bugis Makassar tentang Semangat Hidup, Takdir, dan Nasib

Wong Jawa Nggone Semu atau Penuh Simbol

Ungkapan Wong Jawa Nggone Semu, telah populer dalam masyarakat Jawa. Ungkapan ini mengandung pengertian bahwa orang Jawa memang tak hanya menampilkan segala sesuatu dalam bentuk kasat mata, tapi penuh simbol.

Penampilan orang Jawa penuh dengan isyarat atau sasmita. Banyak hal yang terselubung dan diungkapkan dengan tanda-tanda khas.

Seperti halnya kalau ada seseorang perawan Jawa yang dijodohkan dengan laki-laki, wanita itu tak harus mengatakan mau atau sebaliknya menolak.

Dia cukup dengan gerakan mimic atau gerakan tangan dan anggukan saja andaikata mau. Bahkan kalau wanita tadi terus terang mengatakan mau, dianggap kurang tetap (pener) meskipun sebenarnya bagus (bener).

Untuk menjaga atau menghindari konflik batin, budaya semu juga sering dipergunakan dalam hubungan sosial. Tak terkecuali, hubungan antara anak dengan orang tua.***

Editor: Ken Supriyono

Tags

Terkini

Terpopuler