SERANG NEWS - Artikel berikut ini disarikan dari youtube Pengajian Gus Baha’ bersama TKI Korea.
Dalam sebuah kesempatan bersua dengan jamaah pengajian kalangan TKI di Korea, Gus Baha menjawab salah satu pertanyaan dari audiens tentang “Apakah Shalat Khusyuk Dapat diterima?”
Salah seorang yang menanyakan hal tersebut menyampaikan keluhannya ketika salat saat jam kerja yang tidak bisa khusyuk, dan hanya bisa nyuri-nyuri waktu izin ke toilet.
Sehingga salatnya serasa tergesa-gesa dalam hitungan 3-5 menit saja.
Baca Juga: CEK FAKTA: Tanda-tanda Kiamat, Heboh Kemunculan Ular Bertanduk
Berikut ini penjelasan Gus Baha’:
Khusyu’ secara bahasa berasal dari kata Khasya’a, Yakhsu’u, Khusyu’an yang artinya takut. Yang dimaksud takut dalam istilah khusyuk ini adalah takut kepada Allah.
Jika Anda meluangkan waktu 5 menit diantara pekerjaan tersebut, mencari-cari waktu izin ke toilet, lantaran takut ketahuan majikan, sebenarnya Anda sudah masuk kategori khusyuk.
Khusyuk dalam waktu yang singkat diantara waktu bekerja Anda lantaran takut meninggalkan perintah salat. Karena Takut pada Allah.
Baca Juga: Mengenal Gus Baha, Santri Kiai Maimun Zubair yang Trending di Twitter
Janganlah membayangkan kita khusyuk salat itu seperti tingkatan para Nabi, Aulia dan Ulama.
Anda sudah takut meninggalkan perintah Allah bagaimanapun keadaan salat kita, selama rukun syaratnya sudah kita penuhi, kita sudah termasuk kategori khusyuk.
Dalam sebuah riwayat Nabi SAW menyampaikan pernah sahabat Mu’adz menjadi imam segolongan Arab Badui yang kebanyakan menjadi petani.
Saat itu sahabat Muadz membacakan surat yang panjang sehingga beberapa orang Badui mengadukannya pada Nabi lantara waktu salat yang lama, sedangkan banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
Baca Juga: 15 Nasihat Bijak Gus Baha Tentang Makna Hidup, Cinta, dan Cara Bersyukur
Setelah itu Nabi saw menegur sahabat Muadz agar memilih surat-surat yang pendek saja dan jadikan karena waltu salat yang lama itu menjadikan mereka takut dan menghindari salat.
Pengetian khusyuk dalam kajian ilmu akhlak menurut Imam Ghazali dapat diartikan sebagai suatu upaya mengerahkan segenap pikiran dan hati semata-mata karena Allah.
Sedangkan sebagian ulama mengartikan khusyu’ sebagai kelunakan hati, ketenangan pikiran dan tunduknya kemauan yang rendah yang disebabkan oleh hawa nafsu dan hati yang menangis di hadapan Allah.
Baca Juga: Viral Ceramah Gus Baha Singgung Soekarno Bikin Negara Bukan untuk PDIP Saja tapi Untuk Semua Bangsa
Sehingga hilang segala kesombongan yang ada di dalam hati dengan kata lain dalam kondisi khusyuk, maka seorang hamba hanya bergerak sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT.***