Kilas Balik Hari Santri 22 Oktober, Begini Sejarah dan Peran Ulama Merebut Kemerdekaan

18 Oktober 2021, 10:56 WIB
Ilustrasi. Link download sambutan Menteri Agama pada Upacara Hari Santri 2021. /kemenag.go.id

SERANG NEWS- Pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai hari santri. Ini sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan pada santra atas peran dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.

Salah satunya dengan diperingatinya Hari Santri Nasional setiap 22 Oktober .

Penetapan Hari Santri Nasional ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden tahun 22 Tahun 2015.

Kemudian Hari Santri pertama kali digelar pada 22 Oktober 2016 dengan tema “ Dari Pesantren Untuk Indonesia”.

Peran Kiai, Ulama dan Santri dalam perjalanan bangsa merebut kemerdekaan, tidak bisa dipungkiri, apalagi diabaikan.

Setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI rupanya bangsa penjajah tidak tinggal diam. Mereka masih melakukan berbagai agresi.

Baca Juga: Cairan Obat Ini Bisa Bikin Sel Kanker Mati dan Awet Muda, Ini Penjelasan dr Zaidul Akbar

Sehingga Inggris yang memboceng tentara NICA (Netherlands Indies Civil Admistration), bermaksud merebut kembali kekuasaan mereka padahal Kemerdekaan telah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.

Umat islampun tidak berdiam diri. Salah satunya adalah pendiri Nahdlatul Ulama Hadratus Syekh KH.Hasyim Asy’ari bersama para Kyai dan santri di seluruh Jawa dsn Madura menyerukan jihad melawan penjajah.

Deklarasi yang diserukan KH.Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 tersebut juga sebagai fatwa tersebut dikenal dengan “Resolusi Jihad” .

Baca Juga: dr Zaidul Akbar: Enzim Bisa Rusak Jika Minum Air Putih saat Tubuh dalam Kondisi Ini

Setelah hari itu, para Kyai dan santri mulai bergerak dan berdatangan menuju Kota Surabaya untuk melakukan berbagai perlawanan terhadap pasukan Inggris dan tentara NICA yang datang.

Seruan jihadpun dikumandangkan oleh Bung Tomo pada 24 Oktober 1945. Beliau berpidato melalui radio-radio dan menyampaikan kobaran semangat dan seruan pada arek-arek Suroboyo agar tidak melakukan kompromi apapun.

Seruan jihad dikumandangkan pula dari masjid ke masjid, dari musala ke musala, menggelorakan semangat Resolusi Jihad sehigga memndorong para santri dan arek-arek Suroboyo bergerak menyerang Markas Brigade 49 Mahratta pimpinan Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sotherm Mallaby, pada 27, 28, 29 Oktober 1945.

Baca Juga: Profil dan Biodata Rizky Febian, Penyanyi Pop yang Dikabarkan Dekat dengan Anindita Hidayat

Dalam peristiwa tersebut Jenderal W.S Mallaby tewas bersama pasukannya. Akibat dari serangan tersebut meletuslah peristiwa 10 November 1945. Sebuah peperangan sengit antara pasukan Inggris berhadapan dengan para Kyai, santri dan arek-arek Suroboyo.

Dalam pertenpuan tersebut ribuan ahlawan gugur dan memerahkan Kota Surabaya.

Perang selama 3 minggu tersebut telah dicatat oleh sejarah sebagai perang yang besar, sehingga dalam peristiwa tersebut dikenal dengan Hari Pahlawan. ***

Editor: Muh Iqbal Zikri

Tags

Terkini

Terpopuler